Hai, Perjalananku Tanggaku, Bagaimana Dengan Kau?

Foto : Ilustrasi (IST)

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Perjalanan hidup seperti menaiki anak tangga. Dimulai dari tangga terbawah, hingga sampai tangga teratas. Selesai menghadapi tangga yang satu, naik ke tingkat yang lebih tinggi dari tangga yang di bawah.

Menurutku, pilihan hidup hanya ada dua, kembali menaiki anak tangga hingga tangga teratas, atau mundur ke belakang dan menetap di tangga terbawah.

Terkadang, ketika sudah berada di tangga yang berjarak tidak jauh dari tangga terbawah, ada saja sosok manusia yang mengingatkan kita. Mengingatkan dalam artian apa? Mengingatkan kenangan yang dulu kita hadapi, ketika kita berada di tangga yang sedang dilaluinya saat ini.

Dibenak berkata seperti ini, “Persis seperti yang aku rasakan dahulu. Tetapi semua itu, pasti terlewati sebagaimana pun sulitnya”.

Dan terkadang, saat berada di tangga yang akan membawa ke atas, ada saja hal yang membuat goyah. Aku menyebutnya ujian.

Mencapai peningkatan hidup, harus melalui ujian hidup. Itu tidak mudah. Ya, tentu tidak mudah.

Bahkan, ketika kau ingin melangkah, ada saja cobaan. Bahkan banyak cobaan. Terkadang, muncul rasa ingin mundur, ingin marah, ingin nangis, ingin lari dari hidup, ingin teriak, muak, dan rasa sesak.

AH! Banyak. Namun tahapan-tahapan ujian itu harus dilawan, harus ditaklukkan, harus dikalahkan. Karena, kita harus menang.

Tapi, apakah mudah? tentu tidak. Namun, bagaimana pun beratnya, bagaimana pun pahitnya, sakitnya, dan sulitnya, hal yanng harus dilakukan adalah dihadapi, dijalani, dilawan hingga menang.

Dan setelah kupikir-pikir, kita (Manusia) bagaikan gedung tinggi, bagaikan pohon yang tinggi, dan bagaikan puncak yang tinggi. Semakin tinggi kamu, ya semakin kuat angin yang berhembus padamu. Tergantung dirimu saja, Apakah mampu menghadapi angin yang kencang itu? Ataukah runtuh, ketika dihantam angin yang kencang itu?

Ya, menurutku perjalananku adalah tanggaku, yang harus kulalui dengan kekuatanku.

Menurutku, hukum manusia cukup sederhana, masalah akan mendewasakan, kebahagiaan akan menjadi penguji, orang-orang yang disayangi, yang menjadi penguat, air mata dan tawa adalah sahabat hidup, pencapaian hidup hanya sebuah bonus, dan rasa syukur yang menjadi titik tumpu dalam hidup.

Ada keindahan di balik kepahitan, ada waktu mengobati kesedihan, ada keikhlasan yang menjadi pelindung dan senyumlah, karena itu bagian dari mantra kehidupan. Semua itu, bagai anak tangga, yang harus dilalui dalam hidup.

Penulis : Nur Atika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.