HITAM PUTIH OPERASI ZEBRA

MEDANHEADLINES – Apa yang ada di kepala anda jika mendengar kata Polantas? Razia, Helm, Tilang, SIM, STNK? Apapun itu adalah bukti bahwa Polantas akrab dengan kehidupan sehari-hari. Dengan rompi hijau mencolok, pluit dan seragam khas-nya, mereka setia menghiasi perempatan jalan kota. Entah mengapa, saya yakin, seperti keyakinan para pendukung Ahok yang menyatakan ia tak melakukan penistaan, anda pasti punya kenangan suka, duka, lucu, ngenes hingga merasa iba terhadap sosok satu ini.

Bicara soal Polantas, mulai tanggal 16-23 November 2016, Polda Sumatera Utara telah menggelar Operasi Zebra. Mengapa namanya Operasi Zebra? Apa hubungan Zebra dan polisi? Ah, saya juga tidak tau dan tak perlu lah mempersoalkan itu terlalu panjang lebar. Apalah arti sebuah nama, begitu kata shakespeare. Yang pasti operasi zebra adalah operasi rutin yang dilakukan pihak kepolisan. Operasi ini bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan dan lebih menertibkan para pengendara dalam berlalu lintas.

Niatan yang sungguh mulia. Tiga hari operasi ini dilakukan, khusus Polresta Medan telah mencatat 825 pelanggaran. Angka cukup besar membuktikan bahwa kedisiplinan berlalu lintas di Kota Medan masih rendah. Oiya, keberhasilan operasi ini tentu bukan pada banyaknya jenis pelanggaran yang berhasil ditindak. Operasi Zebra bukan kuis yang juaranya ditentukan pada angka-angka. Tapi bagaimana pasca operasi zebra, masyarakat mampu meningkatkan disiplin berlalu lintas. Dalam konteks terakhir ini, saya pesimistis.

Mengapa? Sebab ketakutan masyarakat terhadap polisi jauh lebih tinggi dari kesadaran masyarakat untuk disiplin berlalu lintas. Ambil contoh, kita kerap menggunakan Helm hanya karena takut di tilang polisi. Padahal substansi Helm adalah pelindung bagi pengendara jika terjadi kecelakaan. Pemikiran-pemikiran macam ini sudah membudaya dan muncul spontan saat akan berkendara. “Woi, pakek helm, banyak polisi”, kalimat yang akrab di telinga kan?

Tidak hanya soal efektifitas keberhasilan, Operasi Zebra harusnya dimaknai sebagai momentum bagaimana kepolisan (khususnya Polantas) berbenah. Sebagaimana amanah Kapolri di beberapa kesempatan, bahwa polisi harus memperbaiki diri dan meningkatkan citranya. Dalam hal ini, Polantas punya peran penting dalam menjaga atau bahkan memperbaiki citra kepolisian. Masyarakat (khususnya di perkotaan) pasti ‘akrab’ dan setiap hari ‘bersentuhan’ dengan para Polantas.

Coba tanya penarik becak, atau supir angkutan umum. Yang ia tau polisi itu adalah yang tiap pagi dan sore berdiri mengatur lalu lintas di jalan raya. Mereka tidak akrab dengan brimob, Intel apalagi Densus 88. Dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan bagaimana kinerja serta profesionalitas para Polantas yang telah digeneralisir sebagai prilaku polisi secara umum.

Sosok Polantas yang bertebaran di tepi jalan adalah parameter sahih bagaimana pihak kepolisian berbenah. Prilaku mereka adalah cermin dari wajah kepolisian. Jika masih doyan pungli, gampang di sogok, tak tegas, unposedur, cari-cari kesalahan dan berbagai prilaku negatif masih anda temui selama gelaran Operasi Zebra ini, maka sudah jelas, Polisi belum berubah. Sederhananya begitu.

 

Penulis : Amin Multazam

Alumnus Antropologi Fisip USU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.