MEDANHEADLINES.COM – Rencana Partai Nasdem yang akan melaksanakan Konvensi Calon Presiden untuk pilpres 2024 patut untuk di apresiasi. Mekanisme Konvensi adalah jalan paling demokratis dalam proses menetapkan kandidat calon yang akan diusung dalam pemilu.
Seharusnya semua partai politik melakukan proses Konvensi seperti ini dalam menentukan capres-nya. Karena tugas partai politik adalah mengumpulkan lalu memproses aspirasi masyarakat (agregasi) dan menjadi jembatan antara warga dengan negara. Jadi partai politik selayaknya menjadi katalis dan membuat kesimpulan dari opini-opini yang ada ditengah masyarakat, bukannya membuat dan memaksakan opini ke tengah masyakat.
Dalam konteks pemilihan presiden, partai politik yang menjalan demokrasi sebenarnya mesti mendengar dan menyaring siapa figur yang diinginkan masyarakat, dan salah satu mekanisme yang tranparan dan atraktif adalah dengan konvensi.
Kovensi calon presiden sebelumnya pernah dilakukan Partai Golkar saat dipimpin Akbar Tanjung untuk Pilpres 2004 dan Partai Demokrat untuk Pilpres 2014. Konvensi Partai Golkar pada saat itu dimenangkan oleh Wiranto dan betul diusung oleh Golkar menjadi Capres pada pilpres 2004 meski kalah dalam kontestasi dengan SBY-JK. Berbeda dengan Konvensi Partai Demokrat, meski konvensi dimenangkan oleh Dahlan Iskan, namun partai Demokrat nampaknya tidak konsekuen menjalankan hasil konvensi yang dilakukannya sendiri.
Demokrat pada waktu itu lebih mengikuti instruksi dari SBY dan terombang-ambing dalam skenario partai lain hingga memutuskan ikut mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Kita mengharapkan konvensi Capres yang akan dilakukan oleh Partai Nasdem ini bukan hanya sekedar gimmick politik, tapi memang didasarkan pada keinginan menjalan prinsip demokrasi di internal partai, khususnya dalam menentukan capres yang akan diusung partai.
Hal yang paling substansial dari dilakukannya konvensi capres oleh partai politik adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam menilai figur-figur yang akan diusung partai, pembuatan keputusan partai yang transparan dan fair, dan terciptanya iklim rekrutmen politik yang terbuka bagi siapa saja yang terpanggil. Jadi demokrasi bukan hanya soal menggiring pemilih ke kotak suara, namun ada partisipasi, kolaborasi dan transparansi dalam proses rekrutmen pemimpin politik.
Satu hal yang harus diperhatikan oleh partai-partai politik adalah jumlah pemilik suara terbanyak pada 2024 nanti adalah generasi Y dan generasi Z. Dua kelompok umur ini adalah mereka yang tidak suka didikte dan sangat well informed (akses informasi yg baik). Aktivitas mereka didasarkan pada keinginan untuk mendapat prestasi dan suka berkolaborasi.
Gaya Partai Politik yang seakan-akan berjalan sendiri dan hanya mendengarkan arahan ketua umum tanpa menghiraukan calon pemilih akan mendapat tantangan berat pada pemilu 2024 nanti, atau jika tidak ada partai politik yang mampu memenangkan perhatian Gen Y dan Gen Z maka mungkin saja pilpres 2024 dibayangi jumlah golput yang tinggi.
Untuk itu kita berterimakasih atas rencana Partai Nasdem yang akan menjalankan Konvensi Capres pada tahun 2022 nanti, semoga partai-partai lain mengikuti contoh baik ini dan bukan hanya menunggu titah ketua umumnya.
Penulis : Fuad Ginting
(Peneliti Politik Elektoral dari FISIPOL Universitas Medan Area)