Perguruan Tinggi, Masihkah Kau Menjadi Solusi Bagi Persoalan Bangsa ?

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Pendidikan sangatlah penting dalam perkembangan suatu bangsa sehingga dapat menjadi benteng penyelamat bangsa indonesia.

Dahulu pendidikan hanya berkumpul beberapa orang untuk belajar kepada seorang yg dianggap memiliki kapasitas dan kualitas intelektual yang dapat di jadikan teladan bagi masyarakat sekitar melalui cerminan moral baik, menurut plato di dalam negara idealnya pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian khusus, bagi plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia akan menjadi seorang warga negara yang baik.

Di zaman sekarang pendidikan sudah mulai berkembang semua itu dapat dilihat dari adanya lebih terstruktur dan terlembaga, terstruktur dimulai dari tingkatan pendidikan mulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Terlembaga yaitu adanya lembaga khusus yang berwenang mengurusi pendidikan seperti kemenag menjadi lembaga mengurusi pendidikan berbasis agama dan kemenrisdikti di perguruan tingginya.

Tapi yang akan menjadi fokus pembahasan adalah perguruan tinggi . Ada apa dengan perguruan tinggi (PT) ? Bukanya perguruan tinggi adalah candradimuka mahasiswa? Apakah perguruan tinggi dapat menjadi benteng penyelamat bangsa yg kita cintai ini?

Esensi perguruan tinggi

Perguruan tinggi menjadi tempat pendidikan para mahasiswa yang katanya para kaum intelektual. Memang sejarah telah mencatat perjuangan mahasiswa di masa lampau tak perlu di ragukan dan banyak melahirkan tokoh seperti cosmas batubara aktivis ‘ 70 an . Ridwan saidi (budayawan),akbar tanjung (ketua DPR RI 1999-2004) dan tokoh pemikir yg sering di sebut juga guru bangsa yaitu nurcholish madjid.

Akankah perguruan tinggi di masa kini dapat melahirkan para guru bangsa dan membentuk individual ideal yang dapat menjadi pemimpin masa depan bangsa ini ? Jawabanya pasti sanggup namun bila itu di iringi dengan tanpa penyelewengan. Penyelewengan yang dimaksud adalah pendidikan bila di jadikan komoditi semata atau menjadi lahan bisnis untuk meraup keuntungan maka sudah bisa di pastikan akan adanya pengekangan mahasiswa dilingkungan kampus dikarenakan bisa menjadi ancaman bagi perguruan tinggi untuk merusak bisnis tersebut.

Pengekangan bisa berbentuk pembatasan ruang demokrasi mahasiswa dalam menyampaikan pikiranya di ruang publik bisa itu melalui tulisan dan dalam gerakan. Padahal perguruan tinggi merupakan wadah pembentukan karakter(carakter building) dan pembentukan arah pemikiran (thought formation) sehingga tercapai lah esensi perguruan tinggi yang dikenal tridharma perguruan tinggi dan isi dari tridharma ialah pendidikan , penelitian dan pengabdian.

Namun bagaimana mungkin membentuk karakter yg berpendidikan atau memiliki kapasitas keilmuan dan karakter penelitian yaitu karakter yang sanggup memberikan solusi tepat sasaran melalui metodologis sesuai tufoksi keilmuan yg di jalani dan sampai lah dimana puncaknya sering kita sebut kembali kepada rakyat atau mengabdi kepada umat dan bangsa. Ini lah sebenarnya tujuan pendidikan itu ialah kembali lagi kepada rakyat untuk membangun bangsa indonesia. Jika perguruan tinggi tak menyadari akan esensi tersebut sungguh sangat disayangkan bila bangsa wajar saja selalu saja banyak persoalan.

Paulo freire mengatakan pendidikan ialah untuk bentuk penyadaran realitas yg terjadi di lingkungan sekitar dengan begitu seorang buta huruf pun akan paham dan sedih akan kondisi sebenarnya terjadi . Begitu pula. Bagi tan malaka pendidikan adalah untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan dan memperhalus perasaan.

Perguruan tinggi tetap bisa menjadi solusi dalam persoalan bangsa ini. Tetapi yang harus dipahami adalah bukan perguruan tinggi letak sakral solusi itu melainkan perguruan tinggi harus sanggup melahirkan individual ideal yg solutif dalam persoalan bangsa ini dan siap mengabdi kepada rakyat dimana pun itu.

Jika bangsa ini tidak ingin terkungkung dalam persoalan yang terus menerpa bangsa ini maka perlu kesadaran bersama antara lembaga pendidikan perguruan tinggi dan mahasiswa. Dari pihak pendidikan PT bahwa pendidikan bukan sekedar terima uang saja dari mahasiswanya dan membatasi ruang berdemokrasi yang seharusnya sebagai ajang pembentukan karakter Dan dari pihak mahasiswa ternyata kuliah bukan sekedar nilai IP lalu tamat atau wisuda setelah itu kerja dan mati begitu saja.

” kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenaranya dan tak bisa dikritik.Maka matilah ilmu itu pasti “ Tan malaka

Penulis : Deny Tanjung

Mahasiswa Fisipol UMSU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.