• PT MEDAN MEDIA UTAMA
  • REDAKSIONAL
  • Disclaimer
  • Ketentuan Privacy
  • Pedoman Media Cyber
Kamis, Agustus 11, 2022
  • Login
MedanHeadlines
Advertisement
  • Sudut Pandang
    • Karya Sastra
  • Medan
  • Sumut
  • Nasional
  • Mancanegara
  • Politik & Ekonomi
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
No Result
View All Result
MedanHeadlines
No Result
View All Result
Home Sudut Pandang

POST TRUTH ERA (Bohong, Tipu & Dusta di Kehidupan Kita)

15/07/2018
in Sudut Pandang
0
POST TRUTH ERA (Bohong, Tipu & Dusta di Kehidupan Kita)

Ilustrasi Post Truth Era (ist)

Share on FacebookShare on Twitter

Ilustrasi Post Truth Era (ist)

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Ketika umat manusia menapaki perjalanan abad-20, para philsuf begitu juga akademisi, menyimpulkan bahwa modernisasi nyata-nyata telah gagal mensejahterakan manusia, begitu juga telah gagal merawat alam sekitar. Fakta modernisasi begitu mengerikan, dampaknya hanya dinikmati segelintir orang, sementara milyaran yang lain kembali menjadi budak. Penjajahan nyata-nyata masih terus berlangsung baik dalam ideologi/budaya, ekonomi, politik maupun militer.

Perang masih terus berlangsung sehingga gelombang pengungsi masih terus meningkat. Moralitas manusia berada pada titik nadir yang membuat masalah menjadi semakin besar dan tak ada obatnya. Dan, yang terparah adalah kerusakan lingkungan alam sekitar yang sangat parah yang menimbulkan bencana dan ancaman bencana besar bagi kelangsungan hidup manusia.

Modernisasi yang sulit dibedakan dengan Westernisasi, Eropanisasi atau Amerikanisasi jelas-jelas telah menempatkan superioritas dan dominasi sistem/kultur Barat (putih) atas budaya-budaya lain yang ada (the others). Budaya “putih” telah mengubur habis budaya kulit berwarna lainnya. Sistem nilai yang berbasis kontraktual, tranksaksional, dan hanya berupa ciptaan manusia telah menggeser sistem nilai alamiah (alam) terlebih ilahiah (adikodrati).

BERITATerkait

Mahalnya Harga Pangan dan Tingginya Rekor Inflasi dalam 7 Tahun Terakhir.

Mahalnya Harga Pangan dan Tingginya Rekor Inflasi dalam 7 Tahun Terakhir.

10/08/2022
Peluang UMKM Pemuda Desa Bandar Khalipah Dalam Penjualan, Pembelian, dan Perbaikan Lampu Bekas

Peluang UMKM Pemuda Desa Bandar Khalipah Dalam Penjualan, Pembelian, dan Perbaikan Lampu Bekas

29/07/2022
Hari Kartini dan Semangat Indonesia Bersih Narkoba

Hari Kartini dan Semangat Indonesia Bersih Narkoba

20/04/2022

Tidak berlebihan jika kemudian muncullah pemikiran pasca-modernis yang berupaya memperbaiki sejumlah konsep modern yang nyata gagal. Pada lapangan budaya, para pemikir pasca-modernis kemudian mulai mengakomodasi berbagai kultur yang lain (the other, liyan), yang punya hak untuk hidup. Wajar jika dunia kemudian mengakomodasi isu-isu gender/feminis, budaya lain/liyan. Negara-negara maju/Eropa kemudian menerapkan kebijakan pintu terbuka terhadap berbagai budaya dan bangsa asing, dan sejumlah kebijakan yang lebih toleran.

Namun, belum lagi pemikiran pasca-modernis menampakkan hasilnya, tampaknya gelombang penolakan lebih cepat muncul. Bahkan menuding kebijakan-kebijakan pasca nodernis yang akomodatif juga pada akhirnya dianggap sebagai sumber masalah.

Kondisi ekonomi politik global tidak juga bertambah baik, ancaman akibat kerusakan lingkungan masih menghantui umat manusia. Tidak kalah penting secara sosial-budaya, kultur dominan (putih) yang selama era pasca-modernis mulai “bercampur” kemudian mulai merasa gerah dan bereaksi negatif terhadap konsep-konsep pasca-modernis.

Reaksi awal sebagaimana yang kita lihat muncul di Inggris, ketika mayoritas rakyat Inggris memutuskan keluar dari aliansi Uni Eropa dengan berbagai alasan keuntungan ekonomi, politik dan budaya yang menurut banyak orang “aneh” dan diluar akal sehat. Benarkah rakyat Inggris sudah “tidak sehat”?

Bukankah Inggris sendiri yang telah memulai revolusi industri dan melakukan penjajahan di muka bumi ini serta memberlakukan proyek-proyek globalisasi? Mengapa kini mereka sendiri yang mengkampanyekan konsep “nasionalisme sempit” dan upaya deglobalisasi?

Sejalan dengan Inggris, saudara kembarnya Amerika juga tidak ketinggalan. Rakyat Amerika justru memilih Trump yang memiliki kebijakan yang sama dengan Inggris, menang dalam Pemilu, yang menurut setengah rakyat yang tidak memilihnya sebagai kemenangan “aneh” dan irrasional. Tidak ketinggalan kelompok-kelompok “ultranasionalis” yang anti imigran, anti asing, anti globalisasi yang merusak superioritas mereka muncul di berbagai negara Eropa, juga negara-negara di Asia maupun Afrika.

Era kemunculan kelompok-kelompok dominan diberbagai negara yang mengkampanyekan isu-isu ketertindasan, perlindungan terhadap bangsa/kelompok menjadi marak. Dunia secara tiba-tiba seolah dipaksa masuk kembali pada kepentingan kebangsaan, kelompok, suku, ras, agama, yang kental. Masyarakat negara maju yang rasional justru menunjukkan keberpihakkanya kepada isu-isu rasialis, anti imigran, deglobalisasi, ultra-nasionalis. Tidak ketinggalan ternyata isu-isu serupa juga muncul diberbagai belahan dunia lain.

Banyak kelompok dominan kemudian mengkampanyekan ketertindasan dan berjuang merebut kekuasaan. Dunia masuk pada era kepentingan kelompok yang kuat, dimana masing-masing kelompok merasa benar dengan kelompoknya masing-masing. Panggung dunia ramai diisi oleh kampanye dan isu-isu SARA dan intoleransi.

Kemunculan era “aneh” di panggung dunia inilah yang kemudian disebut dengan era “pasca kebenaran” (post truth). Yaitu, suatu era dimana manusia justru menegasikan kebenaran-kebenaran objektif (rasional) yang selama lima ratus tahun digunakan oleh manusia sebagai penuntun, dengan bersandar pada kebenaran-kebenaran kelompok dominan, yang dianggap lebih pantas menguasai “yang lain” (the other).

Inilah gelombang baru yang telah menyapu berbagai belahan dunia, yang membuat banyak orang bertanya-tanya, kebenaran seperti apakah yang hakiki yang tengah diperebutkan umat manusia saat ini? Pertanyaan berikutnya, lantas bagaimanakah masa depan umat manusia sat ini? Makanan jenis apalagi dengan branding “post truth” yang sedang dijejali kepada manusia saat ini? Apakah dampaknya bagi umat manusia di masa yang datang?

Post Truth

Secara bahasa terjemahan post truth era adalah “zaman pasca kebenaran”. Lebih luas lagi makna  post truth era menurut Oxford Dictionaries adalah sebagai suatu situasi dan kondisi psikologi manusia (individu/kelompok) yang lebih meyakini kebenaran berdasarkan perasaan pribadi, daya tarik emosional, keyakinan, dan opini tak jelas (hoax), dibandingkan dengan fakta objektif.

Masih menurut Oxford Dictionaries istilah ‘post-truth’ tersebut untuk pertama sekali digunakan oleh Steve Tesich penulis keturunan Serbia dalam esainya di tahun 1992 terkait skandal Iran-Contra dan Perang Teluk. Tesich memaknai ‘post-truth’ sebagai ketika fakta-fakta tidak lagi relevan dalam politik.

Namun Ralph Keyes-lah yang disepakati sebagai orang yang mempopulerkan istilah tersebut melalui bukunya “The Post-truth Era” (2004). Dimana Keyes ingin menjelaskan bahwa saat itu di Amerika telah terjadi kekaburan batas antara kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan ketidakjujuran, fiksi dan nonfiksi. Menipu orang lain menjadi tantangan, sekaligus menjadi permainan dan akhirnya menjadi kebiasaan. Media dengan enteng telah menukar fakta dengan begitu banyak fantasi, yang membuat masyarakat kehilangan pegangan objektifitas. Menurut Keys, masyarakat pasti akan hancur jika pada akhirnya menganggap apa yang palsu menjadi yang sebenarnya, dan amerika menurutnya sudah berada pada jalur tersebut.

Mengapa dunia post truth itu terjadi? Menurut Keys tentu saja sesuai dengan perkembangan zaman yang sedang melaju saat ini, dan tak dapat dicegah. Pergaulan manusia dimuka bumi ini berlangsung tanpa landasan kode etik yang jelas. Semua orang bertindak dengan dituntun oleh tujuan pribadi, kehebatan pribadi, kekuasaan pribadi, nalar pribadi, yang difasilitasi oleh teknologi informasi (internet) yang mengaburkan seluruh fakta objektif.

Semua orang (dari mulai pejabat tertinggi sampai rakyat jelata) dengan di dorong oleh informasi yang tersedia berupaya menulis sejarah hidup mereka, mengubah tampilan mereka, yang penuh dengan kehebatan meski dengan menipu orang. Bahkan satu penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang Amerika dengan asyik dan tanpa bersalah telah melakukan kebohongan setiap hari (http://www.ralphkeyes.com).

Istilah post truth kembali booming ketika rakyat Inggris mendukung gerakan keluar dari Eropa (Brexit), dan ketika rakyat Amerika mendukung Donald Trump yang rasis dan “brutal”. Rakyat Inggris dan amerika dengan jelas menunjukkan sikap “menyimpang” dari era rasionalitas yang sesungguhnya mereka gagas dan melakukan deglobalisasi dari era globalisasi yang mereka lahirkan. Keduanya rela memilih kembali kepada agenda kepentingan nasional bahkan lebih sempit lagi yang dibangun diatas sentimen kelompok dan supremasi rasial (kulit putih).

Baik rakyat Inggris dan Amerika ternyata sama-sama menempatkan ancaman-ancaman eksternal mereka yang datang dari belahan dunia lain (others) seperti ancaman yang datang dari ras lain, negara lain, agama dan budaya lain (liyan). Masyarakat kulit putih di kedua negara tersebut sama-sama meyakini bahwa memproteksi kulit putih yang selama ini menjadi “mayoritas tersingkir” sudah saatnya untuk dilakukan.

Dunia Tanpa Kebenaran

Tanpa sadar kita masuk pada era yang semakin rumit namun sesungguhnya telah diramalkan oleh banyak pemikir. Adalah George Orwell (1949) dengan karyanya berjudul 1984 dan Aldous Huxley dengan karyanya A Brave New World telah menggambrakan sejak dahulu kala tentang era yang disebut sebagai distopia dengan deskripsi masing-masing yang khas, yang ternyata kian relevan dengan situasi yang muncul saat ini.

Orwell mengatakan bahwa dunia kita hari ini adalah dunia tanpa kebenaran, sebab semua kebenaran adalah fakta yang telah diukir dan dipahat dengan indah oleh pemerintah belaka. Pemerintah sebagai penguasa akan menyembunyikan, merahasiakan, mengontrol dan memilah-milah mana “kebenaran” yang pantas disampaikan kepada rakyatnya sendiri.

Masyarakat hanya bisa menelan pemberian penguasa tanpa bisa menolaknya. Rasionalitas telah digadaikan hanya karena tunduk pada otoritas dan miskinnya mental. Umat manusia masuk pada kondisi masa depan yang dia sebut distopia yang menggambarkan masa depan dengan pengontrolan masyarakat yang diatur oleh perusahaan, birokrasi, teknologi atau kontrol totalitarian.

Huxley mengatakan hilangnya kebenaran disebabkan oleh munculnya pemberitaan yang tak penting dan tidak relevan. Banyak berita (seperti hoax) yang kedudukannya saat ini justru menggeser informasi yang objektif ditengah masyarakat. Atas alasan “kebencian” masyarakat justru mencari-mencari berita “hoax” demi menggembirakan hatinya dan menyebar luaskannya (http://intisari.grid.id/Travelling/Book).

Konsep kebenaran telah dirombak, bahkan yang paling logis sekalipun, seperti matematika. Dua tambah dua sama dengan empat, kebodohan ialah kekuatan, perang ialah damai, dan berbagai jargon lainnya. Kebenaran menjadi semakin sulit dicari, dusta dan kebenaran tak dapat lagi dibedakan. Penulis dan para filosof seakan telah memperingatkan kita akan datangnya hari di mana dusta dan kebenaran tak dapat dibedakan (https://indonesiana.tempo.co/read/).

Orwell dan Huxley menggambarkan bahwa manusia akan masuk dalam penjara budaya yang dijaga oleh kelompok dominan, yang menurut Huxley akan menyebabkan jatuhnya nilai-nilai dan moral ditengah masyarakat. Masyarakat akan dikontrol baik melalui kesenangan mereka (menciptakan sarana hiburan), juga melalui “rasa sakit” berupa ancaman militer, sangsi dan pengucilan. Orwell menjelaskan bahwa rasa benci akan merusak masyarakat, sementara Huxley melihat bahwa rasa senang juga akan merusak masyarakat (http://intisari.grid.id/Travelling/Book).

Masa Depan Manusia

Jika dunia manusia, dunia kita telah dipenuhi oleh berbagai informasi bohong, yang dikemas dengan tipu-tipu, dan “dimakan” masyarakat dengan lahap, akan seperti apakah kehidupan umat manusia terjadi di masa depan?

Sebagian orang mengingatkan, bahwa dunia kehidupan manusia yang penuh dengan kepalsuan, dimana manusi justru senang mengkonsumsi segala hal yang “dusta” maka, itu pertanda bahwa kehidupan manusia seperti berada di dalam “bom waktu”. Suatu saat, ketika waktunya tiba, manusia akan menghadapi ledakan “bom waktu” yang sungguh hebat (high explosive) yang akan menghancurkan manusia itu sendiri. Inilah akhir kondisi dunia yang diramalkan Baudrillard yang akan menimpa manusia “penggemar” hoax, berita palsu bin dusta.

Intinya, semua “kegilaan” dan “kejahatan” yang diperbuat manusia hari ini menurut Baudrillard ada batasnya, yang akan mengakhiri imperium yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

Penulis : Dadang Darmawan,MSi
Dosen FISIP USU

Post Views: 0
Tags: kebenarankebohongankehidupanmanusiaPost truth era
Share197Tweet123Share49

BacaJuga

Mahalnya Harga Pangan dan Tingginya Rekor Inflasi dalam 7 Tahun Terakhir.

Mahalnya Harga Pangan dan Tingginya Rekor Inflasi dalam 7 Tahun Terakhir.

by adminmh
10/08/2022
0

MEDANHEADLINES.COM - Harga komoditas bahan pokok terus merangkak naik dalam beberapa waktu belakangan. Terutama harga Sembilan Bahan Pokok (Sembako) yang...

Peluang UMKM Pemuda Desa Bandar Khalipah Dalam Penjualan, Pembelian, dan Perbaikan Lampu Bekas

Peluang UMKM Pemuda Desa Bandar Khalipah Dalam Penjualan, Pembelian, dan Perbaikan Lampu Bekas

by adminmh
29/07/2022
0

MEDANHEADLINES.COM - Salah satu peralatan elektronika yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah lampu penerangan. Lampu penerangan mengalami perkembangan yang cukup...

Hari Kartini dan Semangat Indonesia Bersih Narkoba

Hari Kartini dan Semangat Indonesia Bersih Narkoba

by adminmh
20/04/2022
0

MEDANHEADLINES.COM - Hari kartini seyogyanya adalah sebagai pengingat momentun perjuangan kaum perempuan dalam mendapatkan kesetaraan gender di berbagai lini. Hal...

Kolaborasi Akademisi dan Praktisi: Aksi Kami Menuju Suksesi GPDRR 2022

Kolaborasi Akademisi dan Praktisi: Aksi Kami Menuju Suksesi GPDRR 2022

by adminmh
18/04/2022
0

MEDANHEADLINES.COM - Pandemi Covid-19 agaknya memberikan pukulan besar bagi kestabilan dunia. Sejak kemunculannya di Wuhan China Tahun 2019 hingga saat ini...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Follow Instagram Medanheadlines.news

Instagram















Bobby Nasution Jadikan Ekonomi Kreatif Kekuatan Baru di Medan

Pengurus PWRI Kota Medan Dilantik, Diharapkan Pengurus Bisa Dukung Program Pemko Medan

Warga Temukan Kerangka Manusia di Jurang Humbahas, Polisi Lakukan penyelidikan

Ferdy Sambo Bakal Diperiksa Hari Ini, Aparat Kepolisian Jaga Ketat Kantor Komnas HAM

Poldasu Komitmen Sumut Harus Bersih Praktek Perjudian

Dalang Kematian Brigadir J Berhasil Diungkap, Kabareskrim Polri : Karena Penyidik Berhasil Membujuk Bharada E


MedanHeadlines

Copyright © 2017 MedanHeadlines.com
by TAMBUNAN Tekno

Navigate Site

  • PT MEDAN MEDIA UTAMA
  • REDAKSIONAL
  • Disclaimer
  • Ketentuan Privacy
  • Pedoman Media Cyber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Sudut Pandang
    • Karya Sastra
  • Medan
  • Sumut
  • Nasional
  • Mancanegara
  • Politik & Ekonomi
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial

Copyright © 2017 MedanHeadlines.com
by TAMBUNAN Tekno

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In