KEKACAUAN BESAR SAAT INI (The Great Disruption):  Masalah & Pertanyaan

MEDANHEADLINES, Kita berada pada tahun 2016, tahun dimana situasi dan kondisi dunia dan ummat manusia berada dalam ketidak pastian. Prediksi krisis multidimensi dan kekacauan diberbagai belahan telah terjadi. Secara politik Inggris telah mengambil langkah ekstrim keluar dari sekutunya Eropa, untuk memagari kepentingan rakyatnya yang sudah tak sejalan dengan Eropa. Sementara ‘Beruang Merah’  Rusia kembali menunjukkan kekuatannya, menghidupkan kembali harapan negara-negara yang selama ini ditindas Barat untuk kembali bertempur melawan Barat. Dunia seolah memutar kembali ingatan perang dingin atau menuju perang dunia III yang sesungguhnya. Tidak kalah ekstrim rakyat Amerika telah memilih Trump sebagai Presiden yang banyak ditolak oleh warga dunia dan sekutunya sendiri. Sebagian masyarakat Amerika justru merasa terwakili oleh sikap urakan, jahil, seksis, dan sarkastik Trump meski jauh dari nilai etik, namun cukup mampu mengekspresikan kemarahan rakyat Amerika terhadap Islam, Hispanik, China maupun Sekutu mereka Eropa yang terpendam.

Secara ekonomi, dunia juga tengah mengalami fase pelambatan dimana mulai banyak negara yang berfikir defensif untuk melindungi kepentingan mereka yang secara langsung mengurangi bobot nilai kapitalisme global. Diprediksi banyak kebijakan proteksi yang akan diambil banyak negara yang jelas menunjukkan gejala deglobalisasi tengah atau akan melanda dunia. Deglobalisasi yang berarti menguatnya nasionalisme atau ultranasionalis jelas bertentangan dan musuh kapitalisme.

Pada sisi lain cadangan sumber daya alam dunia terus merosot dan semakin langka. Kelangkaan tersebut jelas meningkatkan negara-negara besar secara ekonomi (Amerika, China) masih terus bertikai dan berebut. Kini perebutan mereka terhadap cadangan-cadangan surga dunia yang tersisa seperti sumber daya alam, energi, sumber daya hayati telah berada dikawasan Asia Tenggara, Latin Amerika maupun di Afrika. Untuk itu keduanya kerap berbuat apa saja untuk melakukan intervensi pada negara-negara sasaran dengan melancarkan perang secara terbuka maupun perang secara tertutup (proxywar).

Dari sisi budaya, satu kepastian yang kini diakui dan dirasakan seluruh manusia di planet bumi ini adalah bahwa manusia telah kehilangan budaya luhurnya yang merupakan harta warisan yang tak ternilai harganya. Apalagi kalau bukan virus demokrasi dan liberalisme yang telah diinjeksi ke dalam kesadaran masyarakat global yang telah merusak nilai-nilai luhur tersebut. Kini masyarakat global telah kehilangan segalanya terutama kehilangan akan Tuhannya, kepercayaan dirinya, kebersamaannya, cinta kasihnya, sehingga yang tersisa hanya menggantungkan harapannya pada Neo-Liberalisme.

Bahkan mereka tak tau lagi apa yang akan mereka lakukan untuk masa depannya. Masa depan masyarakat manusia global sangat tidak pasti, sangat gelap-gulita selain yang pasti hanyalah kerusakan alam dan kerusakan moral manusia. Ketidak pastian adalah hasil dari terlalu banyaknya rahasia agenda global yang disembunyikan negara-negara predator. Sementara bangsa-bangsa pinggiran (perahan) hanya mampu menangkap citranya saja, meskipun pada akhirnya yang namanya ‘bangkai’ tercium juga.

Pertanyaan

Apakah yang terjadi dalam kehidupan kebangsaan kita hari ini? Sudah banyak orang mengingatkan dan menyadarkan agar kita bangun dari tidur. Ancaman dari eksternal dan internal datang bersamaan dengan sama kuatnya sudah ada di depan mata. Kita seolah tak punya obat untuk keluar dari kerusakan tatanan sosial yang menjadi kekuatan sosial masyarakat sejak dulu. Kita masih tak sadar, asyik menangkap dan menikmati citra artifisial materialistik.

Mungkinkah kita menyerahkan pada kekuatan masyarakat sipil yang terdesentralisasi untuk membangun kembali tata moral masyarakat ke depan?

Apakah Pancasila akan kembali kita ‘gantung’ dalam penyelesaian tata moral ini?

Jika Pancasila sebagai solusi, apakah kita sudah benar-benar mampu menanamkan nilai-nilai luhur (Pancasila) dalam kesadaran kita selaku pemimpin maupun pemuda-pemudi calon generasi penerus bangsa?

Apakah sejak merdeka nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, permusyawaratan dan keadilan mendapat tempat untuk disemai di taman sari kebangsaan kita?

Apakah nilai-nilai demokrasi liberal yang kini kita terapkan dalam kehidupan politik kita sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?

Mengapa kita sulit melakukan koreksi terhadap kesalahan ideologis dimana nilai-nilai liberal sudah terlalu dalam dalam mengatur perilaku kehidupan kita baik perilaku politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya?

Masihkah ada peluang bagi kita untuk melakukan perubahan terhadap berbagai kesalahan kita yang mendasar terkait dengan menghidupkan kembali Pancasila dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara?

Apakah kita tidak sadar bahwa kekisruhan yang terjadi saat ini hanyalah bentuk luar dari yang nyata sesungguhnya adalah kerusakan idiil?

mari kita renungkan kembali………..

Penulis: Dadang Darmawan, M.Si

Dosen FISIP USU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.