MEDANHEADLINES.COM, Medan – Kabut asap yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Riau mengakibatkan warganya mulai mengungsi kebeberapa wilayah lain yang dinilai aman, salah satunya adalah Kota Medan.
Dalam beberapa hari terakhir memaksa sebagian warga mengungsi ke daerah yang dinilai aman, salah satunya Medan. Kondisi ini membuat jumlah penumpang dari Pekanbaru ke Medan, naik sekitar 10% dalam dua pekan terakhir.
Dari Pantauan di salah satu pool bus di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas, Kamis (19/9), sejumlah bus banyak membawa penumpang yang mengungsi untuk menghindari kabut asap.
Salah seorang karyawan bus, Viktor Butar-butar mengatakan, peningkatan jumlah penumpang itu dirasakan di tengah musim sepi penumpang saat ini.
“Ramainya penumpang biasanya terjadi saat hari raya, musim libur sekolah dan tahun baru. Namun, dalam dua pekan ini, jumlah penumpang naik kira-kira 10 persen,” katanya.
Dikatakannya, Salah Faktor penyebabnya adalah kabut asap karhutla di Riau. Para penumpang itu turun di beberapa titik, misalnya Tebingtinggi, Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Medan, Binjai Stabat, dan lainnya.
Viktor menambahkan, berdasarkan laporan dari supir bus, asap akibat karhutla telah membuat jarak pandang menjadi pendek. Jika biasanya 200 meter, kini tinggal 50 meter. Sehingga supir harus berjalan lebih pelan.
Kenaikan angka jumlah penumpang ini diperkirakan masih akan terus berlanjut. Sebab, kabut asap di Riau hingga kini masih cukup pekat. Medan dijadikan salah satu lokasi bagi warga di sana, karena dinilai relatif lebih aman dari pencemaran kabut asap.
Sementara itu salah seorang penumpang yaitu Yehezkiel (33), Warga Desa Karya Tunas Jaya, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau mengatakan, Dia terpaksa mengungsi bersama istri dan anaknya yang masih berusia 8 bulan, karena kondisi udara di daerahnya sudah tak sehat lagi.
“Banyak anak-anak di sana yang mulai sakit. Sakit kepala dan mual-mual,” katanya, Kamis (19/9).
Dia bersama keluarganya, menumpang bus selama belasan jam dari daerahnya ke Medan. Kebetulan, orang tua istrinya tinggal di Medan.
ia juga menjelaskan Kondisi udara tersebut membuat anak perempuannya, Yoselin yang masih berusia 8 bulan, sempat sakit selama dua hari.
Menghindari hal-hal yang tak diinginkan terjadi pada anaknya, mereka memutuskan mengungsi ke Medan.
“Kemungkinan kita akan tinggal di sini hingga tiga minggu. Atau hingga kondisi di sana mulai pulih,” ungkapnya. (red)