Melihat Potensi Calon Independen Di Pilkada Medan

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Tanpa terasa Kota Medan akan segera menggelar pemilihan Wali Kota Medan pada tahun 2020 Mendatang. Sejumlah nama dikabarkan akan maju menjadi orang nomor 1 di ibu kota Provinsi Sumatera Utara itu

Mulai dari Juru Bicara Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak, Gus Irawan Pasaribu, Tengku Dzulmi Eldin hingga Akhyar Nasution digadang-gadangkan masuk dalam bursa calon.

Mereka semua tercatat sebagai politisi yang bergelut di Partai Politik. Lantas bagaimana peluang untuk calon independen bisa bertarung di Pilwako Medan. Apakah sama besar dengan calon dari Parpol.

Dari sejumlah nama beken diatas, Muncul sesosok Akademisi bernama Edy Ikhsan yang sedang santer disebut  akan maju dari calon independen. Dosen pengampu mata kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) ini mulai bergerilya mengumpulkan dukungan.

Selama ini dia aktif dalam kegiatan sosial. Namanya juga dikenal di kalangan Non Government Organisation (NGO). Dukungan yang muncul juga sudah datang dari berbagai kalangan.

“Masyarakat kelas bawah, kawan-kawan LSM dan pegiat sosial meminta saya untuk memperjuangkan perubahan yang mendasar, berkaitan dengan kehidupan sosial, soal transportasi yang kacau, hingga Medan mendapat citra sebagai kota terjorok,’’ ujar Edy Ikhsan beberapa waktu lalu.

Sebagai seorang aktivis, Edy paham betul soal kondisi sosial masyarakat. Selama ini dia mengamati Kota Medan sebagai ibukota provinsi. Dia ingin Medan lebih manusiawi.

“Saya berpikir ini bukan sekadar pemilihan. Tapi ini perang. Sudah 30 tahun berada pada ruang kampus. Saya ingin bertarung di ruang lebih ganas. Meski pun saya harus mengubur impian saya menjadi guru besar. Saya ingin menjembatani rasa kekecewaan orang-orang yang terabaikan dan para pencari keadilan,” ungkap lulusan Universitas Leiden, Belanda tersebut.

Menjadi calon independen tidaklah mudah. Harus ada dukungan penuh dari masyarakat sebelum mereka bertarung.

Pengamat Politik Sumut Dadang Darmawan menjelaskan, peluang calon independen tidaklah terlalu berat.

“Buruknya kepemimpinan Kota Medan saat ini menjadi salah satu potensi calon independen. Sehingga masyarakat membutuhkan calon alternatif. Jawabannya calon independen,” ujar Dadang, Selasa (9/7).

Potensi calon independen juga semakin menguat dengan menurunnya kualitas Partai politik. Sehingga calon dari partai tidak bisa dikatakan mendominasj dalam pemilihan.

“Menurunnya respek parpol. Menurunnya respek kepada kepemiminan saat ini,” pungkasnya.

Dadang menyampaikan kritik terhadap kepemimpinan Kota Medan selama ini. Menurutnya, selama ini sangat jarang ditemui pemimpin yang benar-benar menjiwai Pancasila.

Kerap kali, kepemimpinan hanya berjalan begitu saja tanpa arah yang jelas. Padahal, jika pancasila diterapkan, kepemimpinan bisa menjadi lebih baik lagi.

“Kita butuh pemimpin yang pancasilais. Itu yang hampir tidak ada . Kita tidak pernah melihat ada pemimpin di Kota Medan yang Pancasilais dan memraktekkan nilai-nilai Pancasila,” ungkapnya.

Pancasila harus menjadi syarat mutlak dalam diri calon. Karena masyarakat sedang dihadapkan masalah serius.

“Misalnya politik terbelahnya massa politik identitas, Lalu kedua kita melihat banyak soal yang ada di tengah masyarakat misalnya narkoba. Kerusakan generasi muda dan lainnya. Makanya kita butuh pemimpin yang benar benar pancasilais,” pungkasnya.(goy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.