Aplikasi Pemantauan Jaringan Netmonk Bantu PDAM Tirta Deli Beri Pelayanan Air Bersih Maksimal

PDAM Tirta Deli, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. (Dok: Tim Leap)

MEDANHEADLINES.COM – Air adalah sumber utama kehidupan. Dahulu, mungkin manusia tidak terpikir bahwa air yang ada di muka bumi akan habis. Jika pun tidak habis, kualitasnya bisa menjadi buruk dan tidak bisa dipakai. Baik untuk kesehatan atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi berpikir kalau air bisa dijual dan ada yang mau membelinya.

Akan tetapi, sebenarnya pembuatan air minum dalam kemasan telah dilakukan pada 1622. Pabrik yang pertama kali melakukan itu adalah Holly Well yang berada di Britania Raya, Inggris. Kemudian, perusahaan-perusahaan serupa bermunculan menjual air mineral.

Air mineral adalah air yang berasal dari mata air dengan kandungan kaya mineral di dalamnya. Dikemas dalam bentuk botol dan dipasarkan di Eropa.

Selanjutnya, pada awal abad 18, Eropa untuk pertama kalinya mulai mengakui manfaat air bagi kesehatan. Tidak hanya Eropa, bahkan Amerika Serikat ikut yakin jika air yang bersumber dari mata air alami memiliki efek penyembuhan dan terapi.

Di era 1700-an memang dikenal dengan abad pencerahan yang menjadi tolak sejarah perpanjangan kehidupan saat ini. Satu hal tentang air minum kemasan itu. Hal lain seperti kemunculan surat kabar harian pertama di Inggris, legalitas hak cipta pertama di dunia, dan yang tentu tidak kalah penting adalah berlangsungnya Revolusi Industri I.

Kembali ke perihal air, di Indonesia, air kemasan mulai dikenal pada zaman pendudukan Hindia Belanda. Pelakunya adalah pria asal Belanda, Hendrik Freerk Tillema yang memperkenalkan Hygeia. Begitu merk dagang air kemasannya. Warga Semarang yang hidup sekitar tahun 1910-an mungkin masih ingat hal itu. Sumber mata airnya sendiri diambil dari Timur Jawa. Hanya saja, warga nusantara saat itu tidak memberi angin segar karena harganya terbilang mahal bagi pribumi. Oleh karena itu, upaya memasarkan air minum kemasan kala itu bisa dibilang gatot, alias gagal total.

Tapi lihat sekarang

Air kemasan sudah jamak dipergunakan. Bahkan, tidak hanya emas dan minyak dunia. Saat ini air pun menjadi komoditas yang diperjualbelikan di bursa berjangka (futures) Wall Street.

Di tanah air, pengelolaan dan pemenuhan kebutuhan air bersih dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pemerintah Kota dan Kabupaten yang menaungi unit-unit pelayanan tersebut. Salah satunya PDAM Tirta Deli, yang berada di bawah naungan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Beberapa waktu lalu, Tim Redaksi Leap melakukan liputan terkait pemanfaatan produk digital Telkom di sana. Kami bertemu Nurul Hadi, Tim IT PDAM Tirta Deli.

Menurut Hadi, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, PDAM memiliki banyak standarisasi. Apalagi yang berkaitan dengan pelayanan kebutuhan air minum berkelanjutan dan kepuasan pelanggan.

PDAM Tirta Deli melayani 13 wilayah, atau biasa disebut unit pelayanan. Saat ini, total pelanggannya sudah mencapai 29 ribu, mencakup unit terbesar di Lubuk Pakam, Ibukota Deli Serdang yang mencapai 12 ribuan.

Terbanyak kedua berada di Kecamatan Tanjung Morawa, dan terbanyak ketiga di Hamparan Perak. Dari semua itu, lebih dari setengahnya adalah konsumsi rumah tangga.

Mengikuti perkembangan zaman, PDAM Tirta Deli juga melaksanakan digitalisasi di dalam tubuhnya.

“Dalam hal digitalisasi, tentunya PDAM memang membutuhkan itu. Sudah barang tentu ini dikarenakan kesesuaian zaman, kita mulai beralih digital dari yang sebelumnya konvensional atau semi manual,” kata Hadi.

Banyak hal sebetulnya yang menjadikan perusahaan penting melakukan digitalisasi. Salah satunya sebagai bentuk investasi Environment, Social, and Good Governance (ESG) perusahaan itu sendiri.

Sebagaimana jamak diketahui jika penyediaan dan pengelolaan air bersih haruslah bersifat ramah lingkungan, lestari dan berkelanjutan (E), juga memberi manfaat nyata bagi masyarakat (S).

Melengkapi itu, tentu business conduct-nya perlu dijalankan sesuai aturan, termasuk transparansi harga atau tarif yang sesuai pemakaian (G). Tidak kalah penting, saat proses digitalisasi dimulai maka koneksi dan data harus berada di tempat yang aman.

Digitalisasi di PDAM Tirta Deli mencakup beberapa hal, seperti pelayanan pembayaran, pembacaan meter, dan yang tak kalah penting adalah proses tata kelola dan administrasi.

Keseluruhan rangkaian proses ini memerlukan jaringan internet yang mumpuni. Untuk itu membutuhkan monitoring jaringan yang kinerjanya teruji. Netmonk.id Prime menjadi pilihan.

Netmonk.id adalah penyedia aplikasi monitoring jaringan, web/API dan server dalam 1 aplikasi yang dihadirkan oleh Telkom Indonesia.

“Kami menggunakan Netmonk.id Prime untuk memonitori jaringan internet. Dan sangat terbantu karena tidak susah untuk melaporkan ketika jaringan down,” kata Hadi.

Hadi menceritakan jika sebelumnya, ia sering merasakan kendala terkait jaringan. Dan ketika mengalami hal tersebut, proses pelaporan hingga penanganannya memakan waktu yang cukup lama.

“Dengan Netmonk.id Prime, pelaporan menjadi lebih mudah dan cepat ditanggapi. Begitu ada jaringan yang terputus, kita bisa segera menerima notifikasi gangguan atau putus koneksi. Jadi sebenarnya ini mempermudah dan mempercepat proses serta tindak lanjutnya. Misal, kalau internet di suatu titik tiba-tiba lemot, biasanya karena ada jaringan yang down. Nah, yang paling memudahkan lagi, semua notifikasi laporan itu bisa masuk ke Telegram. Jadi, di mana pun saya berada, saya tetap bisa mengecek dan memantau,” ucap Hadi.

Biasanya, sebelum melakukan tindakan lanjutan, Hadi akan memantau terlebih dahulu selama beberapa waktu. Misal, jika di jam 10 pagi ia mendapat notifikasi yang menunjukkan jaringan down, maka ia akan menunggu selama 10-15 menit untuk melakukan tindakan.

Kalau sudah kembali normal, artinya tidak ada yang perlu dilakukan. Tetapi jika notifikasi sudah muncul sebanyak tiga kali, itulah yang Hadi jadikan alarm untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Kestabilan jaringan adalah hal yang sangat penting bagi PDAM Tirta Deli dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

“karena kan di wilayah pelayanan kami kan ada loket pembayaran. Loket-loket pembayaran juga membutuhkan akses internet yang stabil, karena kami juga menggunakan koneksi virtual privat,” ujarnya.

Hadi juga menjelaskan jika ingin melihat aktivitas jaringan lebih menyeluruh, bisa menggunakan dashboard yang diberikan oleh Netmonk.id Prime.

Dari sini, kita mengetahui bahwa sisi pelayanan air bersih di Indonesia tidak semata-mata bicara tentang airnya saja. Melainkan banyak juga sisi teknis di dalamnya. Termasuk pemanfaatan digital dalam tata kelola dan pemantauan jaringannya.

Nantikan kisah-kisah produk digital Telkom lain yang telah membantu negara mewujudkan Indonesia berdaulat digital di artikel-artikel mendatang. (Red/Ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.