Ada Dua Pengungsi Rohingya Positif Corona, Ribuan Orang Di Kamp Pengungsian Terancam

Angkatan Laut Bangladesh menyelamatkan pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di laut. [AFP]

MEDANHEADLINES.COM – Dua pengungsi etnis minoritas Rohingya dinyatakan positif mengidap virus corona di kamp pengungsian Bangladesh yang disebut sejumlah pejabat sebagai kamp pengungsian terbesar di dunia. Hal ini memberikan ancaman terhadap ribuan orang lainnya di sana.

Ini adalah kasus pertama yang dikonfirmasi di lokasi pengungsian Cox’s Bazar, Bangladesh, yang menampung sekitar satu juta orang etnis Rohingya, ungkap seorang dokter pemerintah.

Para pejabat mengatakan kepada BBC bahwa mereka yang terinfeksi sekarang dirawat secara terpisah.
Sekitar 1.900 orang pengungsi Rohingya lainnya saat ini diisolasi untuk menjalani tes.

Virus corona dan pengungsi Rohingya: ‘Kami bertahan hidup minum air laut’ ‘Jalur bencana kesehatan masyarakat’: Pandemi Covid-19 rentan di kamp pengungsi Muslim Rohingya di Myanmar, ‘satu toilet bergantian 40 orang’ ‘Jika wabah virus corona menyebar di kamp pengungsi, lebih dari 80% orang akan terinfeksi’

Para pengungsi Rohingya di lokasi kamp pengungsian di Cox’s Bazar sudah menjalani kebijakan karantina wilayah sejak 14 Maret.

Di Yunani, yang juga merupakan lokasi bagi sejumlah besar pengungsi, para pejabat berharap dapat memindahkan sekitar 1.600 orang dari lokasi penampungan ke negara-negara lain, ketika pandemi mereda.

Dua orang migran yang mencapai Pulau Lesbos di wilayah perairan Yunani pada pekan ini dinyatakan positif Covid-19. Mereka sudah diisolasi tanpa kontak dengan para pengungsi di kamp-kamp di pulau itu.

Seberapa besar ancaman di Cox’s Bazar?

Berbagai lembaga bantuan internasional telah memperingatkan tentang dampak potensial virus corona terhadap para pengungsi Rohingya, yang hidup dalam ruangan sempit, padat, serta memiliki akses terbatas ke air bersih.

“Sekarang virus telah memasuki permukiman pengungsi terbesar di dunia di Cox’s Bazar. Kami melihat prospek yang sangat nyata bahwa ribuan orang kemungkinan akan meninggal akibat Covid-19,” kata Dr Shamim Jahan, Direktur kesehatan organisasi Save the Children di Bangladesh, dalam sebuah pernyataan.

“Pandemi ini dapat membuat Bangladesh mundur sekian dekade,” katanya.

Manish Agrawal, salah-seorang pimpinan organisasi kemanusiaan International Rescue Committee (IRC) di Bangladesh, mengatakan bahwa ada 40.000 hingga 70.000 orang pengungsi tinggal per kilometer persegi.

“Itu setidaknya 1,6 kali kepadatan populasi di atas kapal pesiar Diamond Princess, tempat penyakit ini menyebar empat kali lebih cepat daripada di Wuhan saat puncak wabah,” katanya kepada kantor berita Reuters, merujuk pada sebuah kapal pesiar di Jepang.

Siapa kelompok etnis Muslim Rohingya?

Masyarakat Rohingya, yang berjumlah sekitar satu juta jiwa di Myanmar pada awal 2017, adalah salah satu dari banyak etnis minoritas di negara itu. Mereka mengalami penganiayaan selama beberapa generasi.

Eksodus terakhir orang-orang Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh dimulai pada Agustus 2017 setelah kelompok gerilyawan Rohingya melancarkan serangan mematikan di Myanmar terhadap lebih dari 30 pos polisi. (red/suara.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.