Sumut  

Misteri Dibalik Air Terjun Pohon Damai, Perkampungan Gaib Hingga Tumpukan Emas Dan Harimau Penjaga

Air Terjun Pohon Damai Di Gunung Meriah

MEDANHEADLINES.COM, Gunung Meriah – Objek wisata air terjun Pohon Damai yang berlokasi di Desa Simempar, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Deliserdang, meski baru beberapa tahun dibuka untuk umum, telah mampu membuat takjub para pengunjung yang datang ke tempat itu.

Selain menyuguhkan alam pengunungan dan hutan yang asri, keberadaan sejumlah air terjun di hulu Sungai Buaya dan Sungai Ular tersebut juga membuat pengunjung betah berlama-lama.

Perkampungan gaib Tarigan Silangit dengan tumpukan emasnya – konon disebut-sebut berada persis di tepi aliran sungai menuju lokasi air terjun lumayan enak untuk disimak. Apalagi tumpukan emas itu ditunggui harimau belang sebesar lembu.

Adalah Tatok Sugiarto yang bernama gaib Raden Mas Sinto Buana Segoro menuturkan kisahnya ketika dia bersama beberapa temannya berkunjung ke objek wisata Pohon Damai. Dalam perjalanannya menuju lokasi air terjun di hulu sungai – 2 jam perjalanan pulang pergi dengan berjalan kaki, ‘orang pintar’ asal Desa Sekip, Gang Kuburan, Kecamatan Lubukpakam menemukan banyak penampakan.

Penampakan pintu masuk perkampungan Tarigan Silangit.

Diawali dengan pintu gaib perkampungan Tarigan Silangit. Ternyata ‘titah’ Tatok Raden Mas Sinto Buana Segoro untuk tidak mematahkan ranting-ranting pohon kepada rombongannya selama perjalanan terjawab. Di perkampungan tersebut – seperti lingkungan kerajaan, rumah penghuninya semuanya model panggung. Tatok takut jika ranting yang dipatah merupakan salah satu tiang rumah di perkampungan gaib tersebut sehingga memicu kemarahan penghuninya.

Tatok Sugiarto yang bernama gaib Raden Mas Sinto Buana Segoro

Dalam penampakan pria murah senyum Tatok Sugiarto, perkampungan Tarigan Silangit dipimpin seorang perempuan sebagai ratunya.

“Usianya tidak terlalu tua. Wajahnya cantik, pipinya memerah. Tigan itu pakek tudung – maksudnya kain penutup kepala khas Suku Karo. Bajunya berwarna kuning keemasan. Dia kayaknya anak tunggal. Di sebelah Tigan duduk, sepertinya kedua orang tuanya, tidak abang atau kakak,”jelas Tatok.

Di rumah besarnya atau kerajaannya, Tigan selalu dijaga beberapa pengawal pria bertameng dan bersenjata tajam. Tigan mempunyai senjata pamungkas, Tumbuk Lada Karo. Setelah mengupas perkampungan Tarigan Silangit, Tatok juga menuturkan bahwa harta berupa emas di tempat itu menumpuk di sekitar tepi alur sungai yang dilalui rombongan.

“Emas-emas itu menumpuk kayak bukit. Dijaga seekor harimau cukup besar. Besarnya mirip lembu,”bilang Raden Mas Sinto Buana Segoro. Keramat di kawasan tersebut cukup kentara. Menurut Sinto Buana Segoro, bagi pengunjung yang bertingkah dan berkelakuan tidak sepatutnya dipastikan menerima teguran langsung dari para penunggu. Tegoran beragam macam. Ada penampakan ular berkepala dua atau wujud teman seperjalanan. Seolah-olah teman itu ikut dalam rombongan, padahal sang teman ketika itu sedang berada di tempat lain.

Tegoran kecil itu juga dialami oleh rombongan Tatok. Namun karena Tatok mempunyai ‘pegangan’ cukup ‘mumpuni’ sehingga para penghuni gaib di tempat itu menaruh segan dan kejadian tersebut dapat diatasi.

“Ada beberapa lokasi dan pohon raksasa di sana tidak boleh jadi lokasi berfoto karena ada ‘penjaganya’. Aku taunya pon setelah aku berintraksi dulu dengan mereka-mereka (penunggu gaib) di tempat itu,”tutur ayah 2 anak laki-laki yang mempunyai tatto besar bergambar naga di punggungnya.

 

Pintu gaib menuju perkampungan Tarigan Silangit

Masih menurut Tatok, rombongannya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan sebelum pulang mendapat ‘oleh-oleh’ dari Tigan. Setelah mandi di salah satu air terjun yang memang dijaga dan ditunggui Tigan, permintaan dan keinginan mereka terkabul sepulang dari objek wisata air terjun Pohon Damai.

“Ada yang minta usaha dagangnya laris, terbukti. Tros ada yang minta supaya cepat diterima bekerja, terpenuhi. Begitu juga dengan jodoh, terkabul,” ungkap pria berusia setengah abad lebih itu- namun wajah dan perawakan dikira masih kepala 4 sambil tersenyum.

Di tempat itu, masih kata Tatok, ada 3 penunggu. Di lokasi pertama, pria marga Barus mengenakan kain serba hitam. Kemudian dipertengahan ada Tigan dan terakhir atau yang paling atas pria bersorban putih asal Jawa. Dari ketiganya, Tigan merupakan pimpinannya.

Kedatangan Tatok bersama rombongan merupakan kali kedua. Ketika datang pertama rombongan diminta Tigan untuk segera meninggalkan lokasi karena hari telah beranjak malam. Sementara salah seorang rombongan yang ditugasi membawa bekal makanan tak kunjung datang. Sebelum pergi dari tempat itu, Tigan didampingi pria marga Barus dan pria bersorban meminta Tatok dan rombongannya untuk datang kembali. Permintaan itupun dipenuhi Tatok Cs. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.