MEDANHEADLINES.COM, Medan – PT PLN (Persero) menjalin kerjasama dengan Universitas HKBP Nommensen, Medan dalam menginisiasi pembangunan dua prototipe becak listrik yang direncanakan selesai pada 2 Mei Mendatang.
Koordinator Tim Perakitan Becak Listrik Nommensen Parulian Siagian mengatakan, pembuatan prototipe dilakukan setelah ditandatanganinya MoU antara PLN dengan Universitas HKBP Nommensen Medan, pada 17 Desember 2018. Nommensen kemudian membentuk tim khusus dengan mencari dosen dan mahasiswa yang paling bekompeten di bidang ini.
Nommensen merekrut para mahasiswa yang memiliki rasa keinging tahuan yang tinggi dan dapat bekerjasama secara tim. Menurut dia, antusiasme mahasiswa teknik cukup tinggi menjadi anggota tim pembangunan prototipe becak listrik ini.
Namun hanya beberapa dari mereka yang akhirnya dipilih menjadi anggota tim. Yakni mereka yang memiliki nilai IPK terbaik dan berkemampuan bekerjasama secara tim serta enerjik.
Setelah melalui proses perekrutan, Nommensen melibatkan lima orang mahasiswa yang berasal dari angkatan 2015, 2016 dan 2017. Dalam prosesnya, mereka memiliki tugas masing-masing, ada yang membuat design gambar, konstruksi, dan sebagainya.
Saat ini mereka sudah memasuki proses pembuatan chasis atau rangka body. Chasis tersebut mengandung material yang berasal dari dalam negeri, bukan impor. Satu protipe berbahan dasar plat alumunium dan satu lagi fyber glass.
“Kami usahakan body-nya seringan mungkin supaya energi yang dibutuhkan lebih sedikit,” ujarnya di sela-sela kunjungan Direktur Bisnis PLN Wilayah Sumatra, Wiluyo Kusdwiharto di kampus Universitas HKBP Nommensen, Medan, Rabu (20/3).
Sedangkan material mesin disediakan oleh PLN sebagai salah satu bagian dari kerja sama. Protipe ini terdiri dari dua model, salah satunya adalah mesin yang menggunakan teknologi hybrid.
Mesin ini bisa menggunakan dua sumber energi, yakni energi panas cahaya matahari dan batere listrik. Kelebihan mesin hybrid menurut dia mampu menempuh jarak lebih panjang karena memiliki dua sumber tenaga.
Adapun satu prototipe lain murni menggunakan batere listrik. Meski demikian, waktu pembuatan kedua jenis prototipe itu relatif sama, yakni sekitar 1,5 bulan. Namun bila diproduksi secara massal di pabrik, waktu pembuatan akan jauh lebih singkat.
Dengan badannya yang ramping, becak listrik ini cocok juga dioperasikan di daerah-daerah wisata dengan lintasan yang sempit. Selain itu, becak listrik ini pun mudah dikendarai, tidak memerlukan ketrampilan khusus.
Kelebihan lain dari becak listrik ini adalah pada penghematan bahan bakar. Secara harga, bila dibandingkan dengan mesin berbahan bakar minyak, kendaraan ini relatif tidak jauh berbeda. Biaya pembuatanya berkisar Rp15-16 juta per unit.
Namun penggunaan bahan bakar energinya yang jauh lebih murah. Untuk jarak tempuh sejauh 60 kilometer, becak listrik membutuhkan tenaga sebesar 2 kilowatt, sementara biaya pengisian batere untuk 1 kilowatt hanya senilai Rp1.427.
Sedangkan untuk jarak tempuh yang sama, kendaraan motor berbahan bakar minyak menghabiskan 1,5 liter. Artinya, selisih biaya bahan bakar keduanya lebih dari 50 persen, dengan kecepatan yang sama.
Lebih lanjut dia menuturkan, produk kendaraan listrik tergolong masih hal yang baru di tengah masyarakat, khususnya di Sumatra Utara. Namun untuk jangka panjang, kendaraan listrik akan menjadi pilihan yang diminati masyarakat.
Saat ini memang masih sulit bagi masyarakat untuk memilih menggunakan kendaraan listrik. Namun dalam perjalanannya nanti ia yakin kondisi itu akan mengalami perubahan seiring dengan semakin banyaknya stasiun-stasiun pengisian listrik umum (SPLU) untuk mengisi batere.
“Setelah berbagai jenis kendaraan listrik diproduksi secara massal, maka PLN akan membangun banyak SPLU di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau pengendara,” katanya.(yp)