Sumut  

Quo Vadis HMI di Sumut?

HMI

MEDANHEADLINES.COM – Tulisan ini bukanlah tulisan politik. Jika pun ini dianggap tulisan politik, mudah-mudahan ia tidak berbau intrik. Anggaplah tulisan ini ­otokritik, mengalir di papan ketik saat hujan rintik-rintik. Sebagaimana “hujan rintik-rintik” di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Sumatera Utara.

Tulisan ini bukanlah kata-kata yang lepas begitu saja. Tapi, ini mengandung kata tanya yang dibaca, walau tak se-kusyuk membaca do’a. Kata tanya yang lahir dari; bukan katanya. Tapi, kata tanya yang lahir dari sebuah realita dan fakta.

Quo vadis HMI di Sumut? Demikian judul tulisan jika kita sebut. Ini bukan surat dan bukan pula rapot seperti rapot merah yang di berikan HMI Badko Sumut kepada pejabat. Tulisan ini bukan pula isi orasi yang tertulis supaya kantong terisi. Tulisan ini memang mengkritik, kiranya kitasemua tidak anti kritik.

“Mau Dibawa Kemana HMI di Sumut?” Demikian maksud judul tulisan ini jika disebutkan dalam bahasa kita. Karena tulisan ini mengandung tanya, selayaknya harus dijawab. Tidak perlu dijawab dengan kata-kata, cukup dijawab saja dengan kerja nyata.Kerja nyata sebagai mana yang tertulis dalam usaha-usaha HMI, pada Pasal 5 Anggaran Dasar HMI.

Kerja nyata untuk Tujuan HMI, sebagai mana yang tercatat pada pasal 4 Anggaran Dasar HMI. Bekerja demi mengharapkan ridho dari Allah Swt. bukan dari seorang pejabat. Biarlah ia tercatat dalam media-media, tapi tidak mengandung unsur riya.

Sembilan Cabang HMI di HMI Badko Sumut, ribuan bahkan jutaan Kader HMI di Sumut, mau dibawa kemana? Akankah HMI hanya sekedar tempat nongkrong mengisi waktu saat bermahasiswa? Apakah kader yang sudah ribuan atau bahkan jutaan itu dijadikan alat memperkaya diri?

Image HMI saat ini cendurung pada politik. Politik praktis yang bau amis. Jika pun ada image kultural, dia hanya sedikit dan lebih banyak hanya ceremony. Independensi Etis dan Independensi Organisatoris sudah berada dalam genggaman “Iblis”. Berkata suci dalam media, secara realita suara hati pura-pura tidak tahu.

Kader HMI tergerus oleh arus politik, tidak ada lagi bicara halal dan haram. Tidak ada lagi bicara idealisme. Tidak ada lagi Tuhan selain “tuhan” yang memberikan keuntungan materi padanya. Mana yang “memberi” itu yang dibela.Kader-kader mulai ikut berpolitik, setelah itu “beternak Itik”. Ketika dua-duanya gagal ia pun rittik (gila).

Harta termahal HMI; Independensi dan Idealisme, menjadi “hantu-hantu” yang ditakuti banyak kader. Dianggap racun-racun yang mematikan. Harta termahal HMI, menurutnya bagai api yang membakar telapak tangan. Aspirasi rakyat dianggap tidak berisi dan tidak berarti. Sedangkan suara dan harta pejabat menjadi segalanya, bahkan di atas agamanya. Hanya Kader HMI yang independen dan idealis yang tidak menganggap suara dan harta pejabat adalah segalanya.

Mau dibawa ke mana HMI di Sumut ini? Jawabannya ada pada diri kita. Jawaban yang bukan hanya kata-kata yang diumbar-umbar dalam media. Tapi, harus juga terlihat dalam realita dan fakta. Bergerak untuk rakyat dan ummat demi mengharap ridho dari Sang Pemberi Rahmat, Allah Swt.[]

 

Penulis: Ibnu Arsib

Instruktur HMI Cabang Medan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.