Sumut Peringkat ke 7 Terbanyak Pengidap HIV/AIDS di Indonesia

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumut mendata hingga Juni 2017 terdapat 8.399 kasus HIV/AIDS dengan perincian 3.478 kasus HIV dan 4.921 kasus AIDS terjadi di Sumatera Utara.

Dengan jumlah yang demikian itu maka menempatkan provinsi Sumut berada di rangking ke 7 dari 33 provinsi di Indonesia atas penyakit ini.

Sementara itu, berdasarkan angka prevalensi HIV/AIDS di Sumut ialah 28,97 per 100.000 penduduk. Artinya, dalam setiap 100.000 penduduk di Sumut, terdapat sebanyak 29 orang warganya menderita HIV/AIDS.

“Jika setiap 1 kasus yang muncul dipermukaan ada 100 kasus yang belum kelihatan, artinya masih ada 800.000 kasus HIV/AIDS di Sumut belum ditemukan. Ini tentu merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Karena dikhawatirkan orang terinfeksi yang belum ditemukan itu akan terus menularkannya ke orang lain,” ungkap Kepala Sekretariat KPA Sumut, Ramadhan

Ramadhan juga mengakui, jika upaya penanggulangan HIV/AIDS belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal itu khususnya berlaku bagi penularan virus HIV/AIDS melalui hubungan seksual.

“Bisa dibilang kita gagal mencegah penularan HIV melalui hubungan seks. Sebab promosi kondom sebagai alat pencegah ternyata tidak maksimal, sehingga kesadaran penggunaannya, terutama dilokalisasi sangat rendah. Padahal tak ada cara lain untuk mencegah HIV ini selain kondom,” jelasnya.

Namun, untuk penularan jarum suntik (penasun) lanjut Ramadhan, justru dicapai hal yang sebaliknya. Angkanya jauh menurun, kini hanya menyisakan 300 orang pada 2017, yang sebanyak 180 diantaranya terdapat di Medan.

Senada dengn Ramadhan, Sekretaris KPA Sumut Rachmatsyah menuturkan, dari jumlah kasus HIV/AIDS di Sumut, faktor resiko yang paling tinggi secara akumulasi merupakan perilaku heteroseksual yakni sebanyak 6.642 kasus. Selanjutnya untuk penasun 1.161 dan homoseksual sebanyak 142 kasus.

“Faktor resiko yang paling tinggi masih heteroseksual atau hubungan seks bebas dengan lawan jenis. Jadi trennya memang masih tinggi,” ujarnya.

Rachmatsyah menjelaskan, banyak ditemukan laki-laki yang ke tempat lokalisasi tanpa menggunakan kondom sebagai alat pengaman. Padahal, sosialisasi sudah sering kali dilakukan pada para PSK (pekerja seks komersial) agar ketika melayani pelanggannya harus menggunakan kondom.

“Jadi masih banyak laki-laki yang jajan sembarangan, tapi tidak menggunakan alat pengaman. Sebenarnya sudah kita sosialisasikan. Tapi banyak pelangggan yang tidak mau dan memaksa untuk tidak menggunakan kondom. Jadi ada alasan materi juga disini,” Jelasnya. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.