MEDANHEADLINES.COM – Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di pulau Sumatra Indonesia, tepatnya di Sumatra Utara. Tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara dan Aceh, yakni di kabupaten Dairi, kabupaten Pakpak Bharat, kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), kabupaten Aceh Singkil dan kota Subulussalam (Aceh).
Suku Pakpak dikenal dengan adat dan budaya yang masih kental, seperti tarian (tatak), peninggalan sejarah, umpama, upacara-upacara adat seperti merbayo (upacara perkawinan), menanda tahun (upacara menanam padi) merkottas (upacara untuk memulai sesuatu pekerjaan yang beresiko), mengrumbang dan upacara mate ncayur ntua (upacara kematian), kuliner suku Pakpak dan masih banyak lagi.
Ada beberapa makanan khas dari suku Pakpak, yaitu Pelleng, Ginaru, Nditak, Lappet, Lemmang, Pinahpah, dan lain-lain. Namun yang paling terkenal di kalangan masyarakat Pakpak adalah Pelleng.
Pelleng adalah makanan khas suku Pakpak yang disajikan pada acara adat suku maupun kekeluargaan yang bersifat sakral. Pelleng terbuat dari nasi yang berbentuk lunak dengan campuran rempah-rempah seperti kunyit, lengkuas, bawang, cabe dan masih banyak lagi. Sekilas terlihat seperti nasi kuning. Pelleng biasanya dilengkapi dengan daging sebagai lauknya. Daging yang digunakan adalah ayam kampung.
Tujuannya sendiri sebenarnya tergantung jenis peristiwa atau upacara. Bila hendak membuka ladang, biasanya maksud penyajian pelleng ini agar terhindar dari bahaya. Bila hendak merantau agar berhasil diperantauan. Bila hendak meminang agar pinangan diterima. Bila selesai panen, lulus ujian, diterima kerja sebagai ucapan syukur pada penguasa dan sebagainya.
Nah, tahukah Anda, suku Pakpak terdiri dari 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari Pakpak Klasen, Pakpak Simsim, Pakpak Boang, Pakpak Pegagan, dan Pakpak Keppas.
Pakpak Klasen berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah, Pakpak Simsim berdiam di kabupaten Pakpak Bharat, Pakpak Boang bermukim di provinsi Aceh yaitu di kabupaten Aceh Singkil dan kota Subulussalam, Pakpak Pegagan bermukim di Sumbuldan sekitarnya di kabupaten Dairi, dan yang terakhir ada suku Keppas yang bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di kabupaten Dairi.
Menurut pembagian subsuku Pakpak,Pelleng terbagi atas dua jenis, yaitu yang pertama pelleng khas Simsim, Kelasen dan Boang serta yang kedua pelleng khas Keppas dan Pegagan. Fungsi dan maknanya sama, yang membedakan hanya pengolahannya.
Untuk pengolahannya, beras di masak seperti menanak nasi akan tetapi sedikit lebih lunak dengan menggunakan santan. Dimana pada sebelumnya tambahkan bumbu yang telah disediakan seperti kunyit, bawang merah yang sudah dihaluskan serta bagian dalam batang cikala yang berwarna putih.
Setelah matang lalu dicampur dengan cabe merah yang dihaluskan, dan jeruk nipis sesuai selera. Kemudian tubruk dengan menggunakan kayu sampai bumbunya tercampur dengan rata, dan pisahkan terlebih dahulu. Untuk proses pengelolahan gulai ayam, sama seperti memasak gulai ayam pada umumnya, dengan menambahkan kelapa gongseng yang telah dihaluskan dan selesai.
Pembuatan tek-tek, adalah bagian yang terpenting ayam yang dicincang yang biasanya diletakkan di atas Pelleng tersebut. Pelleng disajikan dengan cara dibentuk setengah bulatan, lalu di atasnya ditaburkan tek-tek dan cabai merah yang dibelah dan ditancapkan di atasnya.
Pelleng bukan makanan sehari-hari masyarakat Pakpak. Tapi, pelleng adalah menu spesial dan sakral. Pelleng hanya ada ketika masyarakat melakukan pesta adat. Bahkan, dalam sejarahnya, pelleng disajikan sebagai kudapan saat akan melepas para prajurit ke medan perang.
Tapi, pelleng kemudian bergeser dan tak lagi jadi makanan pelepas ke medan perang. Pelleng dimaknai sebagai pemberi semangat untuk anggota keluarga yang akan melakukan sesuatu yang baru. (Suri)