MEDANHEADLINES.COM, Medan – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengklaim stok kebutuhan pokok di Sumut Mencukupi hingga Idul Fitri 1441 H Mendatang
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, Jhonni Waldi mengatakan stok Daging ayam ras tersedia 11.000 ton, surplus 4.000 ton dari kebutuhan yang hanya 7.000 ton, sementara Stok daging sapi di Sumut mencapai 1.350 ton, sedangkan kebutuhan hanya sekitar 1.128 ton.
Ditambahkannya, Surplus juga terjadi pada telur ayam ras. Ketersediaannya mencapai 21.000 ton, sedangkan kebutuhan hanya sekitar 8.000 ton. Harga di pasar tetap normal di kisaran Rp22.000 per Kg atau antara Rp1.300 hingga Rp1.400 per butir
Bawang puting yang dipasok dari impor juga masih surplus. Saat ini ketersediaannya di Sumut mencapai 2.880 ton, sedangkan kebutuhannya hanya sekitar 2.450 ton. Harganya di pasar saat ini sekitar Rp30.000 per Kg.
Sementara minyak goreng yang banyak diproduksi di Sumut surplus sangat besar.
” Ketersediaannya mencapai 500.000 ton, sedangkan kebutuhan hanya 259.000 ton. Namun, harganya masih tetap normal berkisar antara Rp11.000 hingga Rp14.000 per Kg,” Jelasnya saat konferensi pers live mengenai ketersediaan pangan untuk Ramadan selama pandemi Covid-19, Rabu (22/4).
Tak hanya itu, Tepung terigu juga surplus, karena stoknya mencapai 21.000 ton, sedangkan kebutuhannya hanya 3.000 ton. “Harga rata-rata saat ini kurang lebih Rp9.700 per Kg,” sebut Jhonni.
Namun, Kenaikan harga terjadi pada bawang merah. Kondisi ini disebabkan terganggunya pasokan dari Brebes, Jawa Tengah, menyusul pandemi Covid-19.Harga di pasaran saat ini berkisar atara Rp40.000 hingga Rp45.000 per Kg. Padahal di saat normal komoditas pertanian ini dijual sekitar Rp20.000 per Kg.
Pemprov Sumut saat ini berupaya mencari pasokan dan menekan harganya. “Kita terus koordinasi dengan Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian (Sumut), mudah-mudahan akan ada panen dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara,” sebut Jhonni.
Gula menjadi komoditas lain yang mendapat perhatian jelang Ramadan dan Idul Fitri.Harganya naik tinggi, yakni berkisar antara Rp18.000 hingga Rp20.000 per Kg. Padahal normalnya hanya sekitar Rp12.000 per Kg.
Pasokan gula memang terganggu karena negara produsen gula seperti India dan Thailand memilih langkah lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19. Harga komoditas ini sampai ke gudang distributor di Pelabuhan Belawan bahkan sudah mencapai Rp14.650 per Kg.
Sejumlah langkah dilakukan pemerintah untuk menginterpensi harga gula. “Saat ini pemerintah pusat sudah memberikan penugasan kepada beberapa perusahaan industri di Indonesia, termasuk di Sumut. Di Sumut, PT Medan Sunggal Indonesia (MSI) mendapat penugasan pengolahan gula rapinasi menjadi gula pasir sebanyak 15.000 ton. Saat ini mulai diproduksi. Harganya diperjuangkan dijual tidak boleh lebih dari Rp12.500 per Kg,” jelas Jhonni.
Bukan hanya itu, untuk menekan harga gula, saat ini Pemprov Sumut melakukan operasi pasar di 6 pasar rakyat yang ada di Medan, di antaranya Pasar Simpang Limun, Pasar Palapa, Pusat Pasar Pasar Sukaramai, Pasar Petisah. Di masing-masing pasar dijual 1 ton gula dengan harga Rp12.000 per Kg. “Operasi pasar akan kita laksanakan tiap hari selama Ramadan, sehingga kita imbau pedagang lain yang menjual gula di luar gula penugasan menjual mendekati harga gula penugasan,” harap Jhonni.
Pada kesempatan itu, Jhonni mengimbau pedagang untuk tidak menimbun bahan pokok. Tindakan itu melanggar hukum dan bisa dipidana.
“Untuk masyarakat yang melakukan penjualan diimbau untuk melayani pembeli dengan baik dalam berdagang. supaya memakai masker dan pelindung tangan atau sarung tangan, yang akan berbelanja juga supaya memakai masker,” imbaunya (red)