Sumut  

15 Tahun Pembunuhan Munir, Negara Masih Berutang Di Atas Nyawa

 

MEDANHEALDINES.COM, Medan – Meski Hanya Berjumlah belasan, Namun tak menghalangi para penggiat HAM di kota Medan melakukan aksi dalam memperingati 15 Tahun meninggalnya tokoh HAM Indonesia Munir Said Thalib yang dibunuh dalam perjalanan pesawat menuju Amsterdam

Dengan Menggunakan Topeng Munir, Massa yang dikordinir oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara itu kemudian menggelar teatrikal bagaimana peristiwa pembunuhan itu terjadi pada 7 September 2004 yang lalu.
Selain Teatrikal, Mereka juga menggelar orasi dan pembacaan puisi yang menceritakan kekejaman rezim.

“Munir….Apakah engkau telah tersenyum di alam sana. Atau masihkah kau menangis sama dengan daulat pelaziman pada ketidakadilan. Yang disuarakan di panggung-panggung perjuangan,” isi puisi yang dibacakan salah seorang peserta aksi

Koordinator Badan Pekerja KontraS Sumut Amin Multazam Lubis dalam orasinya mengatakan, Meski sudah 15 tahun berlalu Kasus ini belum dianggap tuntas, Karena hanya Pollycarpus Budhari Prijanto, kru Garuda Indonesia, yang saat ikut dalam penerbangan itu saja yang divonis menjadi pelaku pembunuhan dan dihukum 14 tahun penjara.

Namun dalang dibalik pembunuhan itu sama sekali tak terungkap hingga saat ini

“Negara harus menuntaskan kasus pembunuhan Munir. Bukti-bukti yang ada harus dikumpulkan dan dibawa ke pengadilan. Dokumen Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) telah menunjukkan jika ada keterlibatan negara dalam pembunuhan Munir. Tapi sampai saat ini negara belum berani mengungkap, siapa dalang sebenarnya,” ungkap Amin

Dalam kesempatan ini, Massa Aksi juga membagikan bunga kepada pengguna jalan, sebagai bentuk duka mendalam belum tuntasnya kasus pembunuhan Munir.

“sebagai warga sipil khususnya di Kota Medan kita ingin terus merawat ingatan, bahwa keadilan atas kasus Munir belum juga tertuntaskan,” ungkap Amin.

Amin juga mendesak agar pemerintah bisa menuntaskan kasus Munir. Jika tidak, negara dianggap terus merawat sejarah buruk karena membiarkan ketidakadilan.

“Negara sampai hari ini masih berhutang di atas nyawa Munir,” tukasnya.

Amin juga menegaskan, jika kasus-kasus pelanggaran HAM dijadikan dagangan politik. Kemauan elit untuk menuntaskan kasus hanya sebatas ucapan. Terutama menjelang Pemilihan Umum (Pemilu).

“Pada kenyataannya, setelah Pemilu belum menjadi prioritas negara. Baik di kubu 01 dan 02 pada Pemilu yang lalu. Hanya menjual isu HAM sebagai dagangan politiknya,” tegasnya.

Terkait Komitmen Presiden Joko Widodo dalam penuntasan kasus Munir, Amin berharap Dalam periode keduanya, Jokowi dapat menuntaskan kasus itu, Karena Pemerintah selama ini memang dianggap tidak serius dalam penyelesaian kasus Munir. Termasuk membuka misteri di mana keberadaan dokumen TPF.

“Jadi bagi kami negara memang penyelesaian kasus HAM hanya gimmick politik. Tidak ada keseriusan dalam penanganannya,” pungkas Amin . (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.