Sumut  

Dikritik Mahasiswa Saat Beri Kuliah Umum, Ini Tanggapan Moeldoko

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memberikan kuliah umum di acara Temu Nasional XI Badan Eksekutif Mahasiswa Nusantara (BEM) Nusantara yang digelar di Kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Selasa (12/3).

Dalam kuliah umum itu, Mantan Panglima TNI itu memberikan paparan soal pangan, mulai dari ketahanan pangan, swasembada pangan, hingga program-program Presiden Joko Widodo yang diklaim sudah memperbaiki pangan di Indonesia.

“Kondisi pangan di Indonesia terus membaik,” ujarnya dihadapan seratusan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia itu.

Usai menyampaikan paparannya, Moeldoko memberi kesempatan kepada sejumlah mahasiswa untuk bertanya, menanggapi atau mengkritik apa yang ia sampaikan

Tak lama kemudian, Linda Herman, Seorang Mahasiswi fakultas pertanian Universitas Islam Riau (UIR) berdiri dan menyampaikan pendapatnya terhadap apa yang telah dipaparkan.

Dia memulai pertanyaan dengan kritik terhadap pemaparan yang disampaikan sang jenderal. Dia menjelaskan, yang di sampaikan Moeldoko untuk memperbaiki pertanian di Indonesia kurang relevan dengan kondisi di lapangan. Sinergisitas dianggapnya masih menjadi kendala pemerintah.

“Kita melihat saat ini, Menteri Pertanian sibuk bekerja memperbaiki kondisi pertanian kita. Sedangkan sinergisitas, dasarnya sendiri tidak diperbaiki. Petani dibiarkan beggitu saja . Menanam padi sendiri, tanpa perbaikan benih, itu masih kurang,” ujarnya.

Pemerintah juga belum melakukan kerjasama dengan bank untuk menyediakan kredit untuk petani. Belum lagi persoalan di Dinas pertanian di Pemda yang terkesan abai dengan kondisi petani.

Menanggapi Kritik tersebut, Moeldoko mengakui bahawa soal sinergisitas masih menjadi masalah.

“Koordinasi, sinergisitas, kolaborasi sebuah kata yang mudah dikatakan. Tapi sulit dilakukan. Kenapa ada perbedaan, kebijakan, pandangan di ruang publik melihat dengan jelas antara menteri perdagangan dan menteri pertanian,” ujarnya.

Bahkan, Moeldoko juga sudah pernah mengumpulkan para kementrian dan instansi terkait untuk membahas secara jeli permasalahan pertanian di Indonesia.

“Kelemahan orang Indonesia ini masih berputar putar di sekitar data. Itu yah sungguh menjadi perasoalan. Sebagai contoh tadi. Untuk meluncurkan data BPS bahwa. Saat ini kita mengalami penurunan luas lahan baku itu sebuah perdebatan. Bukan sesuatu yang mudah,” tukas laki-laki berkacamata itu.

Sebelumnya, Moeldoko memaparkan, jika pemerintah terus memperbaiki kondisi pertanian. Tahun lalu, Indonesia surplus beras hingga 3,1 juta ton.

“Tapi mungkin ada yang bertanya kenapa kalau Surplus masih impor,?” Imbuhnya.

Jumlah beras yang surplus, lanjutnya, sudah tersebar di pasar. Gudang stok nasional juga menjadi kosong.

“Untuk itu stok nasional itu harus diisi, diisinya gak boleh kurang dari 100 juta ton. Kenapa demikian, kalau nanti terjadi sesuatu yang emergensi (bisa dikeluarkan), kita impor itu butuh waktu. Untuk itulah kita masih memerlukan impor. Impor beras bukan hal baru,” pungkasnya.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.