Sumut  

Jadi Pembicara di IEESS 2018, TPL Sampaikan Teknologi Ramah Lingkungan

MEDANHEADLINES.COM – Ikatan Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia (IMTLI) kembali menggelar Indonesia Environmental Engineeering Student Summit (IEESS) 2018. Event tahunan ini digelar dikota Medan dan diikuti mahasiswa teknik lingkungan dari berbagai provinsi di Indonesia. Dengan mengangkat topik Youth Go Green, kegiatan IEESS tahun ini sekaligus menjadi pengingat dan semangat baru bagi mahasiswa yang memiliki peranan, dan kekuatan dalam menjaga serta menyelamatkan bumi dari kerusakan.

Kordinator acara Samuel Evan Firdaus Sitanggang mengatakan IEESS salah satu wadah untuk melakukan pertukaran wacana, antara stake holder dengan mahasiswa melalui kegiatan Focus Group Discussion & Seminar. IEESS ini  juga nantinya menghasilkan suatu ide atau aksi membangun dari tema yang akan diangkat.

Samuel menambahkan berbagai kegiatan dilaksanakan dalam event IEESS tahun ini, termasuk Talkshow dengan menghadirkan sejumlah narasumber, baik dari pihak swasta, pemerintah maupun BUMN. Tujuannya mendapatkan masukan dan informasi dari berbagai narasumber untuk diajukan dalam pertemuan FGD tahunan mahasiswa lingkungan se Indonesia.

“Kegiatan ini diisi dengan seminar lalu diikuti FGD dan dilanjutkan dengan gala dinner dari mahasiswa se Indonesia. Kemudian pada rangkaian Seminar dan FGD akan menghasilkan suatu ide serta konsep, untuk mewujudkan sifat peduli dan kepekaan terhadap lingkungan Indonesia yang lebih baik, dengan mendatangkan ahli-ahli lingkungan,” ungkap Samuel Evan Firdaus Sitanggang, Sabtu (27/10/2018)

Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah narasumber yakni, perwakilan dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL), Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan pihak Pertamina. Sejumlah narasumber memberikan materi mengenai sistem pengendalian dan proses produksi, yang tidak berdampak negative terhadap lingkungan, melalui prosedur dan pengawasan sebagaimana yang telah diatur oleh undang-undang.

“Sebagai perusahaan yang hidup dan berkembang bersama masyarakat, TPL dalam menjalankan produksi bubur kertas (Pulp) selalu mengacu pada sistem dan mekanisme yang ditetapkan. Saat ini dengan teknologi yang ada aktivitas produksi perusahaan mulai dari pembibitan, penanaman, pemanenan, hingga produksi Pulp, dilakukan dengan mengedepankan proses yang ramah lingkungan,” sebut Manager Humas TPL Ir. Simon H. Sidabukke, M.Si Cand Dr, ketika menjadi pembicara bersama Manager Sustainability Hendry Yang, serta Manager Environment dan ISO TPL Jekson Sinurat.

Berbagai masukan dan informasi diberikan kepada mahasiswa, termasuk mengenai sistem pengendalian lingkungan yang dilakukan perusahaan, sampai kepada dukungan perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penganyaluran dana Corporate Social Responsibility (CSR). Ketertarikan mahasiswa lingkungan dari berbagai daerah ini, juga terlihat dari pertanyaan khususnya yang diajukan kepada pihak TPL selaku perusahaan dengan modal asing (PMA).

Dalam kegiatan tersebut mahasiswa sangat tertarik mengenai bagaimana perusahaan bubur kertas ini, mampu menjalankan mekanisme produksi Pulp dengan meminimalkan aroma tidak sedap, serta pengolahan hasil limbah produksi, yakni padat, cair dan gas. Menanggapi hal tersebut Manager Environment dan ISO TPL Jekson Sinurat  mengungkapkan seluruh proses produksi sesuai aturan pemerintah dan pengawasan dari pihak independen yang dibentuk pemerintah.

“Untuk mengatasi masalah aroma produksi pulp, perusahaan juga mengakui tidak selamanya proses produksi itu normal, tidak menimbulkan bau. Namun masalah bau ini juga seterusnya terjadi dalam produksi pulp, karena perusahaan selalu melakukan perawatan mesin, dan meningkatkan teknologinya. Tahun ini perusahaan TPL sudah mengeluarkan biaya Rp 1 milyar lebih melakukan pembaharuan dalam upaya menghilangkan aroma bau produksi pabrik Pulp,” ungkap Jekson Sinurat.

Dalam acara tersebut beberapa mahasiswa juga sempat bertanya kebenaran isu pencemaran perusahaan terhadap Danau Toba. Dalam hal ini Manager Sustainability TPL Hendry Yang mengatakan kebenaran harus dilihat dari faktanya, yang mana secara fakta dan logika posisi Danau Toba lebih tinggi (Hulu), sedangkan TPL berada lebih rendah ( Hilir)dipinggir aliran sungai Asahan.

“Tidak pernah ada fakta ditemukan perusahaan merusak lingkungan Danau Toba, dan mencemarinya. Bahkan perusahaan ikut menjaga ekosistem Danau toba, melalui penanaman dan penghijauan, serta membersihkan Danau Toba dari tanaman enceng gondok, yang dapat mengurangi panorama dan keindahan Danau Toba, sebagai salah satu warisan dunia, untuk generasi bangsa,” sebut Hendry Yang.

Indonesia Environmental Engineeering Student Summit (IEESS) 2018 memberi pengaruh baik dan pengetahuan antara mahasiswa, pemerintah dan pihak swasta. Event setahun sekali ini juga membuka peluang baru terhadap perusahaan dalam melakukan kerjasama, dalam penanganan lingkungan yang baik serta iklim industri dan perekonomian Indonesia.(rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.