MEDANHEADLINES.COM, Medan – Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) nomor urut 2, Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala dinilai tampil luar biasa menyampaikan rekam jejak dan pemahaman mengenai tema di acara debat publik ketiga calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, dibandingkan rivalnya Bobby Nasution dan Surya.
Debat ketiga diselenggarakan KPU Sumut di Tiara Convention Center, Kota Medan, pada Rabu (13/11/2024). KPU mengangkat tema “Sinergitas Kebijakan Pembangunan Daerah Dalam Rangka Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada debat terakhir ini.
Pengamat politik UMSU, Prof. Shohibul Anshor Siregar mengatakan, agresivitas Bobby Nasution yang cenderung menyerang rivalnya dengan melontarkan sindiran atau kampanye negatif justru akan membuat masyarakat Sumut lebih bersimpati kepada sosok Edy Rahmayadi, yang justru terlihat lebih tenang dalam menghadapi serangan-serangan tersebut.
“Menyadari dirinya sebagai ayah, Edy Rahmayadi lebih banyak menahan diri dan tidak bersedia melayani permainan yang ditawarkan okeh Bobby Nasution,” ujarnya.
Di debat publik sebelumnya, lanjut Shohibul, Edy Rahmayadi secara konsisten fokus pada makna dan asas kampanye, yaitu memberi pesan ke publik atas visi-misi dan program kerja yang akan dilakukan di lima tahun ke depan.
“Narasi yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi cenderung fokus pada penyampaian visi-misi dan track record (rekam jejak) yang sudah dilakukan selama menjadi Gubernur Sumut, dan bagaimana pentingnya program itu dilanjutkan untuk lima tahun ke depan,” katanya.
Menurut Shohibul, Bobby kembali menggunakan istilah atau singkatan yang tidak lazim dipahami oleh masyarakat yang bertujuan untuk menjebak lawannya. Dan trik tersebut biasa dilakukan oleh mantan Presiden Indonesia, Ir. Joko Widodo (Jokowi).
“Misalnya Jokowi di Tahun 2019 pernah menggunakan istilah TPID ketika bertanya ke calon presiden saat itu, Prabowo Subianto. Hal yang sama dilakukan Bobby saat debat kedua dengan melontarkan istilah UHC,” ungkapnya.
Adapun kritik yang disampaikan Edy Rahmayadi pada debat kedua dinilai lebih substantif dalam membongkar integritas Bobby Nasution, yakni berkaitan dengan dugaan kasus Blok Medan yang menyeret nama menantu Jokowi tersebut pada persidangan kasus korupsi mantan Gubernur NTB, Abdul Ghani Kasuba.
Bukannya mengklarifikasi, Bobby dengan percaya diri justru menantang agar dirinya dilaporkan dan jangan bernarasi hanya berdasarkan pemberitaan media.
“Secara tidak langsung, Bobby sekaligus menantang semua lembaga penegak hukum konvensional (Kepolisian dan Kejaksaan) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Harusnya tantangan ini bisa ditanggapi,” katanya.
“Modal jejak rekam yang lebih banyak serta pengalaman mumpuni di pemerintahan, membuat Edy Rahmayadi saya lihat unggul telak dibandingkan Bobby Nasution, yang hanya punya pengalaman 3,5 tahun jadi wali kota,” pungkasnya. (Raj)