Perpusnas dan STAIB Jalin Kerja sama untuk Menguatkan Literasi Sejarah dan Moderasi Beragama

Foto bersama setelah penandatanganan MoU Perpusnas dan STAIB di Seminar Nasional Barus, Jakarta, pada Kamis (8/8/2024). (Dok: STAIB)

MEDANHEADLINES.COM, Jakarta – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menjalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Barus (STAIB). Tujuannya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Provinsi Sumut.

Kerja sama ditandai penandatanganan MoU antara Perpusnas dengan STAIB di sela-sela Seminar Nasional Barus yang mengangkat tema: Refleksi Literasi Sejarah dan Moderasi Beragama di Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta, pada Kamis (8/8/2024).

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpusnas, Adin Bondar mengatakan, kerja sama ini langkah penting untuk mewujudkan Barus sebagai destinasi wisata religi yang diakui dan memperkuat posisinya sebagai titik nol peradaban Islam di nusantara.

“Ini langkah penting dalam memastikan Barus tidak hanya dikenal sebagai titik nol peradaban Islam di nusantara, tapi sebagai pusat kajian dan studi yang mendukung keberlanjutan sejarah dan peradaban Islam di Indonesia,” ujarnya.

Adin Bondar mengapresiasi inisiatif Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli) yang mencanangkan pembangunan kampus STAIB pada 2 Agustus 2024 lalu.

“Inisiatif ini adalah langkah penting untuk menjadikan Barus sebagai pusat studi sejarah peradaban Islam, studi agama serta memperkuat moderasi beragama di Indonesia,” katanya.

Adin Bondar menambahkan, penetapan Barus sebagai titik nol peradaban Islam yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 24 Maret 2017, menegaskan peran penting daerah ini dalam sejarah masuknya Islam ke nusantara. Dan menandai Barus sebagai pintu masuk awal agama Islam di Indonesia.

“Penelitian arkeologis yang dilakukan oleh institut kajian timur jauh Prancis (EFEO) dan Arkeologi Nasional (AREKENAS) juga menguatkan posisi Barus, sebagai pusat awal peradaban Islam di nusantara,” pungkasnya.

Ketua Yayasan Matauli, Fitri Krisnawati Tandjung menjelaskan, kehadiran STAIB untuk mengangkat kembali Barus ke tingkat internasional sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di masa lalu, serta menjadi mercusuar pendidikan di Indonesia.

“STAIB saat ini memiliki dua program studi, yakni Sejarah Peradaban Islam dan Studi Agama-agama yang bertujuan memberikan pendidikan berkualitas kepada putra-putri Kabupaten Tapteng dan Sumatera Utara,” katanya.

Dia menambahkan bahwa kerja sama dengan Perpusnas merupakan langkah strategis dalam mengembangkan literasi sejarah dan moderasi beragama di Barus.

“Kerja sama ini diharapkan dapat memperkenalkan Barus ke dunia internasional sebagai pusat sejarah dan peradaban Islam di nusantara. Kami telah menyiapkan lahan untuk dapat dibangun perpustakaan,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani menyampaikan untuk menciptakan peradaban yang ber-kesejahteraan, perlu adanya investasi dalam pendidikan dan pengembangan manusia.

“Kehadiran STAIB sebagai contoh nyata dari upaya untuk mengawal peradaban melalui pendidikan. Ilmu lebih berharga dibanding harta, karena ilmu dapat melestarikan dan memperluas harta serta memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan masyarakat,” katanya.

Muhammad Ali menegaskan moderasi beragama bukan berarti moderasi agama itu sendiri, karena agama sudah memiliki landasan yang kuat dalam ajarannya.

“Moderasi beragama lebih merujuk pada bagaimana seseorang mengimplementasikan nilai-nilai agamanya dengan cara yang toleran, menghormati budaya lokal, dan memiliki komitmen kebangsaan,” ucapnya tegas.

Selain itu, dia berharap agar visi Indonesia Emas 2045 dapat tercapai melalui sinergi dalam pendidikan dan moderasi beragama.

“Semoga kita semua dapat terus berkomitmen dalam memajukan pendidikan dan moderasi beragama, untuk menciptakan peradaban yang lebih baik,” pungkasnya. (JAS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.