Medan  

Akhyar Nasution, Petahana Rasa Penantang di Pilkada Medan?

MEDANHEADLINES.COM, Medan  – Waktu pencoblosan di Pilkada Medan tinggal menunggu hitungan jam saja. Walau sudah memasuki masa tenang, kontestasi politik ini pun semakin hangat dan ramai diperbincangkan.

Sekembalinya dari masa cuti kampanye Pilkada Medan 2020, sosok Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan, Akhyar Nasution menjadi perbincangan netizen di media sosial Facebook.

Dalam keikutsertaannya di pilkada kali ini, Akhyar Nasution yang menjadi orang nomor satu di Pemko Medan, disebut netizen kerap memposisikan dirinya sebagai penantang. Setidaknya, begitu kesimpulan netizen mengaku bernama Samsul Dibuas lewat laman Facebook Mutiara Indah.

 

Pada postingan yang dibagi pada grup INI MEDAN BUNG, dikulik perjalanan munculnya Akhyar Nasution sebagai petahana. Lalu, dia kemudian ‘nyamar’ seolah penantang.

Saat Pilkada 2015, Akhyar disimpulkan sebagai sosok paling mujur. Tiba-tiba diajak duet oleh Eldin, yang ketika itu berposisi sebagai petahana. Mujur lantaran partainya Akhyar, PDI Perjuangan, partai besar, yang dipilih Eldin sebagai partai pengusung utama.

Singkatnya, dengan kemujuran itu dia duduk jadi Wakil Wali Kota. Singkat cerita pula, di penghujung masa jabatannya sebagai Wali Kota, Eldin memutuskan tidak lagi mau maju di pilkada. Tak lama setelah itu, tau-tau Eldin ditangkap KPK.

Diam-diam, kondisi tersebut rupanya membuat ambisi Akhyar meledak-ledak. Dia kemudian bermanuver agar PDIP menjatuhkan pilihan padanya untuk diusung di pilkada, walau Bobby Nasution ikut daftar di PDIP.

Belakangan, tanda-tanda dirinya bakal diusung PDIP semakin gelap. Hingga akhirnya partai itupun mengumumkan resmi mengusung Bobby Nasution.

Dari situ, desain seolah-olah dirinya dizholimi langsung jadi mainan perang. Publik Medan istilahnya sempat “termakan”. Padahal, jauh sebelumnya dia sudah menyiapkan langkah alternatif. Dia sudah lobi Demokrat dan PKS.

Ada beberapa strategi propaganda yang dimainkan Akhyar, setelah memastikan diri sebagai calon petahana versus sang penantang Bobby Nasution. Samsul Dibuas menyebut salah satunya adalah isu politik oligarki atau dinasti.

Selain itu, menyebut lawannya anak bau kencur, tak berpengalaman. Lalu, playing victim, seolah dizholimi dan terakhir politik identitas: seolah dirinya merupakan utusan umat Islam.

Samsul Dibuas menyimpulkan cara pertama dan kedua  “mentah”. Yang tersisa hingga penghujung ini adalah cara ketiga dan keempat, dengan tetap mencitrakan diri sebagai penantang.

Netizen lain memberi beragam komentar, terkait ini. Di antaranya seperti ditulis Gabean Matha dalam kolom komentar: Dialah oligarki yang sebenarnya…(AN).

Kamilia Cathrine Namira pun berkomentar, “ternyata Pak Akhyar dan tim lakukan apa saja ya untuk kekuasaan. Lain lagi Jadi Plt cuma cuma modal mujur, bukan jujur (emoticon tertawa)” tulis Maharaja Sihombing.

Toni Lubis pun turut menanggapi dengan menuliskan “Pantas pak Akhyar gak punya program, nggak punya prestasi selama menjabat, karena selama ini ada udah di balik batu hihi,”katanya.

Akun S Mikhael Regar dalam komentarnya lebih kepada dukungan untuk Akhyar dengan menuliskan pembunuhan karakter yang luar biasa.

Hal ini pun menjadi perbincangan yang hangat di kalangan netizen. Apakaha Akhyar Petahana Rasa Penantang di Pilkada Medan?. (raj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.