Sumut  

Gubernur Sumut Belum Izinkan Pelajar Sekolah Dimasa Pandemi

Edy Rahmayadi
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi 

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi tidak mau gegabah mengambil keputusan pemberlakuan new normal di wilayahnya. Dia masih mengkaji dengan para ahli terkait dampak dari new normal tersebut, apalagi terhadap anak.

Untuk itu, Edy memanggil Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumut dan Psikolog. Dia ingin mendengarkan bagaimana masukan dari kedua ahli itu soal pemberlakuan new normal, khususnya pada anak.

“Untuk memperkecil kesalahan, kita harus mendengar masukan dari banyak pihak. Hari ini saya akan mendengar usulan dari IDAI dan Psikolog,” kata Edy dalam keterangan resminya, Senin (8/6).

Edy juga menanggapi spekulasi soal jadwal masuk sekolah pada Juni hingga 1 Juli. Dengan tegas Edy melarang sekolah untuk melakukan proses belajar mengajar dengan cara tatap muka.

“Saya katakan kepada dinas pendidikan. Sebagai gubernur, saya belum izinkan pelajar mulai beraktivitas di sekolah. Anak itu adalah segalanya bagi orangtua. Dan saat ini, saya adalah ayah dari semua anak-anak di Sumut,” ujar mantan Pangkostrad itu.

Penasehat IDAI Sumut Guslihan Dasa Tjipta menyampaikan usulan ke Pemprov Sumut supaya metode pembelajaran jarak jauh masih terus dilakukan.

“Metode jarak jauh dapat mengantisipasi lonjakan tahap dua yang mungkin bisa terjadi pada Juli hingga Desember. Jadi anjurannya, Pemprov tidak membuka sekolah hingga Desember,” katanya.

Menurut Guslihan, new normal baru efektif dilakukan jika ada tren penurunan epidemologi. Dan itu menjadi syarat untuk sekolah kembali dibuka.

“Tapi, yang paling direkomendasikan adalah menerapkan model belajar sistem universitas terbuka,” tambahnya.

Sementara, staf pengajar di FK USU, Putri Chairani Eyanoer menjelaskan, berdasarkan data di Indonesia khususnya di Sumut, sampai hari ini angka kasus Covid-19 pada anak masih cukup tinggi.

“Secara global, bila dirata-ratakan setiap negara berada dipersentase 1 persen. Namun, negara paling banyak kasusnya adalah Amerika dan Indonesia. Indonesia ada sekitar 7% dari total kasus yang ada,” ungkapnya.

Putri mengatakan, ada lima daerah di Indonesia yang kasus Covid-19 pada anak cukup tinggi diantaranya Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

“Sumut tidak termasuk. Namun, bukan berarti jumlah kasusnya rendah. Sebabnya, Sumut tidak pernah melakukan rapid test massal pada anak seperti yang dilakukan Sumsel dan NTB. Jadi, Sumut tidak boleh menurunkan kewaspadaanya terhadap Covid-19, khususnya pada anak,” pungkasnya. (Rha)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.