Menu kelelawar santan kering di salah satu rumah makan di Kota Manado, Sulawesi Utara. Makanya yang dijual hingga Rp 35 ribu per porsi ini, telah menjadi makanan favorit masyarakat. Kelelawar sendiri disebut-sebut sebagai pemicu munculnya virus corona (foto: febry kodongan/manadobacirita)
MEDANHEADLINES.COM-Kelelawar dan ular hingga saat ini masih disantap oleh warga Indonesia khususnya bagi masyarakat di Sulawesi Utara. Bahkan di tanah Kawanua tersebut, kelelawar santan kering atau Paniki adalah makanan khas daerah tersebut.
Kelelawar dan ular sendiri, telah menjadi makanan sehari-hari untuk warga Kota Manado, Sulawesi Utara. Banyak restoran atau rumah makan di pinggiran jalan yang menyediakan santapan hewan liar tersebut.
Sejumlah penikmat menu Paniki santan menyebut jika rasa dari paniki seperti daging ayam. Wulan, salah satu penikmat menu paniki santan kering mengaku paniki yang ada di Manado tidak seperti yang dilihat di China, yang dimakan masih berbulu dan hanya dimasak seadanya.
“Kalau di sini, kelelawar atau paniki itu sudah seperti menu lainnya. Tidak ada yang masih utuh. Apalagi seperti di China yang memang seperti hanya disiram air panas,” kata Wulan, Selasa (28/1).
Sama halnya dengan menu ular. Menggunakan bumbu serba pedas yang sering disebut bumbu RW, ular juga sangat laris dicari masyarakat di Sulawesi Utara.
Bahkan, dalam beberapa 2 tahun terakhir, menu ular wajib ada di rumah makan khas Minahasa.
Sementara, Hetty Solang, pemilik rumah makan yang menjual menu kelelawar dan ular mengaku jika menu kelelawar santan kering dan ular bumbu rw memang memiliki penikmat tersendiri.
Solang menyebutkan, sehari untuk dua menu ini, dirinya bisa menghabiskan tiga hingga empat kilogram.
“Jadi, setiap hari itu ada orang yang pesan untuk makan. Kan, kami jual porsi sudah dengan nasi. Biasanya habis tiga sampai empat kilo sehari. Itupun kalau sudah sore hari sudah tidak ada lagi,” tutur Solang yang membuka rumah makannya di bilangan jalan Sam Ratulangi.
Sama halnya dengan Nicolina Pelealu, pemilik salah satu rumah makan khas Minahasa di Kota Manado. Dirinya mengaku, pesanan untuk kelelawar atau paniki setiap hari selalu ada. Bahkan, ada yang pesan untuk dikirimkan ke daerah luar.
“Jadi menu kelelawar sering juga jadi oleh-oleh dan dibawa keluar daerah. Walaupun saya jual untuk satu menu hingga Rp 60 ribu, tapi banyak yang pesan,” kata Pelealu, Selasa (28/1).
Sementara, menu kelelawar santan kering dan ular bumbu rw di Kota Manado, terlihat seperti menu daging-dagingan lainnya. Nanti ketika kita melihatnya dengan teliti, baru akan terlihat jika itu adalah kelelawar ataupun ular. Yang paling membedakan adalah sayap milik kelelawar dan sisik ular.
Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com
(pace)