Indeks Harga Konsumen Mengalami Kontraksi, Deflasi Tercatat 0,74 Persen

MEDANHEADLINES.COM, Medan – Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara di bulan Mei 2018 mengalami kontraksi. Secara bulanan IHK bulan Ramadhan tercatat deflasi 0,74% (mtm), berbeda arah dengan nasional yang mengalami inflasi 0,21% (mtm).

Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan periode laporan, inflasi tercatat sebesar -0,31% (ytd) atau 3,59% (yoy), masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia 3,5% + 1% (yoy).

Kepala BI Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso mengatakan, seluruh kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Sumatera Utara mengalami deflasi. Deflasi terdalam terjadi di Kota Medan sebesar 0,86% (mtm) dan Kota Padangsidimpuan sebesar 0,55% (mtm). Sementara Kota Sibolga dan Kota Pematangsiantar deflasi tipis masing-masing 0,07% (mtm) dan 0,01% (mtm).

Sumber deflasi bulan ini bersumber dari kelompok volatile food dan administered prices, sementara inflasi inti meningkat.

Pasokan yang melimpah mendorong penurunan harga bahan makanan, terutama bumbu-bumbuan. Cabai merah kembali menjadi komoditas penyumbang deflasi terbesar dengan andil -0,82% (mtm).

Berdasarkan pemantauan harga melalui PIHPS, harga cabai merah di pasar tradisional Sumatera Utara pada bulan Mei menurun dari Rp30.450,00 di bulan sebelumnya, menjadi Rp20.400,00. Harga cabai merah di Sumatera Utara jauh dibawah provinsi lain, seperti Aceh (Rp33.600,00), Sumatera Barat (Rp34.500,00), dan Riau (Rp39.450,00).

Rendahnya harga cabai merah di tingkat konsumen, disebabkan oleh melimpahnya pasokan di pasaran, akibat panen yang merata di sejumlah sentra Cabai Merah, termasuk Karo dan Aceh.

Namun demikian, rendahnya harga cabai merah juga disinyalir memberi dampak pada penurunan daya beli petani, tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) Mei 2018 yang tercatat 90.06, menurun -0,74% dibandingkan bulan April 2018. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima (it) petani sementara indeks yang dibayarkan (ib) petani relatif stabil.

Dari sisi administered prices, angkutan udara menjadi sumber deflasi dengan andil -0.05% (mtm). Penurunan tarif angkutan udara diperkirakan disebabkan oleh koreksi harga tiket terkait perayaan Cheng Beng, serta pembelian tiket diindikasikan banyak dilakukan di awal Juni menyusul pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) yang baru dilaksanakan pada Juni 2018.

Sementara itu, inflasi inti merangkak naik dari 0,14% (mtm) menjadi 0,26% (mtm). Peningkatan terutama bersumber dari subkelompok sandang didorong oleh tingginya aktivitas belanja mendekati Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

Ke depan, tekanan harga berpotensi meningkat disebabkan kenaikan permintaan jelang HBKN Idul Fitri. Hal ini sejalan dengan Survey Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia periode Maret, yang menunjukkan kenaikan Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang (Juni 2018), dari 172,4 menjadi sebesar 189,2.

Peningkatan indeks tersebut merepresentasikan persepsi responden atas kondisi harga yang meningkat pada bulan Juni akibat kuatnya permintaan.

Selanjutnya dalam rangka pengendalian inflasi, KPw Bank Indonesia Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) berupaya, menjaga kestabilan harga melalui pengawasan distribusi bersama Satgas Pangan, operasi pasar dan pasar murah selama bulan Ramadhan, serta melakukan pengawasan mata rantai cabai merah bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Medan.

Selain itu, TPID juga senantiasa melakukan edukasi belanja bijak kepada masyarakat untuk menjaga inflasi dari sisi permintaan. (raj)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.