MEDANHEADLINES.COM, Deliserdang – Kegiatan Meet and Greet Part 5 yang didukung penuh PT Djarum Coklat Extra, di Bumi Perkemahan (Bumper) Sibolangit, Deliserdang, pada Sabtu (1/6/2024) berjalan sukses. Acara yang berlangsung sampai Minggu ini berhasil mengumpulkan ratusan komunitas pecinta alam (KPA) yang ada di Sumut.
Ketua Panitia Meet and Greet Part 5, Riansyah Alexander mengatakan, kegiatan yang bertujuan mempererat silaturahmi ini dihadiri sekitar 500-an pecinta alam. Acara dimulai dengan diskusi dan edukasi terkait isu-isu lingkungan. Kemudian dilanjut dengan acara pentas seni, camping bersama, manajemen pendakian, senam pagi, dan diakhiri dengan perlombaan pemasangan tenda tercepat dan packing terbaik.
“Salah satu yang menjadi topik di sesi diskusi adalah tentang perubahan iklim dan cara memajukan pertanian yang berkelanjutan (Pertanian Permakultur). Menurut kita perubahan iklim bukan ancaman, tapi tantangan,” ujar Riansyah dalam keterangannya, Kamis (6/6/2024) lalu.
Riansyah mengatakan, kegiatan Meet and Greet Part 5 ini mendapat antusiasme luar biasa dari peserta. Sejak Sabtu pagi, mereka sudah memadati area camping yang telah disiapkan panitia.
Para peserta terdiri dari komunitas pecinta alam yakni Rekan Pendaki Alam Sumatera, Jalak Explor, Expedisi Pilar Sumut, Big Family, Pletonkabut, Camcerwanitasumut, Pasu, Philotoxciacampmedan, Party (Partisipan Trip) dan Konsumen (komunitas suka mendaki).
Sedangkan yang menjadi narasumber di acara diskusi dan edukasi yaitu Febri Isnan Nazli, Cendana Lestari, Taufik Germatsyah dan Sandro Willy Hutabarat.
“Kegiatan ini dapat berjalan dengan sukses berkat dukungan dari PT Djarum Coklat Extra wilayah Timur dan beberapa toko outdoor yang ada di Kota Medan,” kata Riansyah.
Riansyah menjelaskan, kegiatan juga diisi dengan penampilan band dan musisi asal Medan yaitu Filsafatian, Kendurikopi, Cendana Lestari, Fii Dulay dan Rara (Sipolan). Musik yang dimainkan berisi pesan dan edukasi terkait isu lingkungan. Seperti lagu berjudul “Alam Murka” yang dibawakan oleh Kendurikopi.
“Lagu ini menceritakan tentang rusaknya alam dan sangat berdampak terhadap lingkungan,” ujarnya.
Sementara, sesi diskusi dan edukasi tentang perubahan iklim disampaikan oleh Taufik Germatsyah. Dalam pemaparannya, Taufik menyampaikan bahwa banyak generasi millennial yang apatis terkait perubahan iklim saat ini.
“Sedangkan edukasi terkait Permakultur disampaikan Cendana Lestari. Menurutnya, pertanian Permakultur harus digalakkan dengan memanfaatkan kondisi alam. Output-nya agar kita bisa membuat produk turunan organik. Hal itu dapat mengurangi pengeluaran atau kos di rumah tangga. Contohnya menanam dengan memanfaatkan pekarangan rumah,” pungkas Riansyah. (FAD/RIL)
