Terlahir Tuli, Putri Santoso Buktikan Mampu Sukses jadi Pengusaha Kopi

Putri bersama tiga kawannya.(Dok/Instagram)

MEDANHEADLINES.COM-Terlahir tuli tak bikin Putri Santoso (28) patah semangat. Dengan kegigihannya bersama dua temannya, Putri suskses jadi pengusaga kopi dengan brand Koptul alias Kopi Tuli.

Putri Santoso memang sejak lahir sudah dalam keadaan tuli. Sang ibu merawat tanpa suami atau ayahnya yang meninggal.

“Saat saya umur 1 tahun, ketika saya ulang tahun mama menyanyikan lagu happy brithday tapi saya diam saja, ternyata seperti orang bingung. Ibu saya curiga, kenapa anaknya diam saja saat dinyanyikan lagu selamat ulang tahun, perasaannya tidak enak dan membawa saya ke dokter,” ungkap Putri di FX Sudirman Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sang ibunda yang merasa tidak terima lalu memprotes ke dokter dan sempat menyalahkan. Namun dokter menjelaskan, itu bukanlah salahnya melainkan kehendak tuhan. Hingga akhirnya, sang ibu perlahan menerima keadaan anaknya.

Tak ingin terpuruk sebagai anak, perempuan lulusan Desain Komunikasi Visual di Bina Nusantara (Binus) ini mencoba mendobrak dunia, dengan membuat gebrakkan bersama teman-teman disabilitas tunarungu atau teman tuli lainnya.

Gebrakkan itu lahir dalam bentuk sebuah tempat kopi ladang usaha bagi penyandang disabilitas seperti dirinya, bernama Kopi Tuli (Koptul). Kedai kopi yang pertama kali dibentuk di Depok ini namanya memang sudah melanglang buana, dan cukup terkenal di media sosial.

Ditolak lebih dari 500 kali melamar kerja

Siapa sangka awal pendirian Koptul ini semata-mata karena kegelisahan Putri bersama tiga kawannya yang sudah lulus dengan gelar S1, tapi masih saja kesulitan mendapat kerja. Bahkan Putri punya pengalaman ditolak lebih dari 500 kali melamar pekerjaan.

Daripada berpangku tangan dan menunggu bantuan, Putri bersama dua orang sahabatnya sejak kecil Adhika Prakoso dan Erwin yang juga sama-sama tuli berkumpul dan membuat gebrakkan kedai kopi Koptul. Dimana semua karyawan, pelayan, peracik, hingga yang memasak adalah tunarungu.

“Kami bertiga sulit mendapatkan pekerjaan, mungkin allah punya rencana mengumpulkan kami bertiga untuk bertemu lagi dan membangun usaha bersama-sama,” ujar Putri di FX Sudirman beberapa waktu lalu di Jakarta.

“Sebetulnya kopi tuli itu sebuah jawaban dari kekecewaan kami bertiga, yang sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Jadi kami bertiga mau membuktikan pada masyrakat bahwa kemampuan teman disabilitas luar biasa,” lanjutnya.

Berdiri di pertama kalinya 12 Mei 2018 di Depok, para co-founder Koptul ini bisa memakan waktu hingga 210 hari untuk meracik kopi khas Koptul, dengan berbagai varian unik. Tidak hanya kopi, di sini juga disediakan minuman non kopi, makanan dan cemilan untuk berkumpul bersama.

Mendapat sambutan luar biasa, Koptul akhirnya berhasil membuat cabang keduanya 14 Oktober 2018 lalu di Duren Tiga, Jakarta. Disusul akan ada planning pembukaan outlet ketiga di Bintaro, Tangerang namun waktunya masih dirahasikan.

Cara berkomunikasi pelayan dan pelanggan yang unik

Jika di kebanyakan kedai kopi pelayan akan berkomunikasi secara verbal atau berbicara. Koptul punya keunikan, selain pelanggan yang tidak bisa berbicara isyarat, mereka juga bisa menggunakan tulisan, chat, atau kode-kode huruf tertentu yang memang sudah disediakan pihak Koptul.

“Kalau orang-orang yang baru datang itu variasinya banyak, pertama ada verbal bisa di tulis, bisa lewat handphone, keempat pakai isyarat, karena menunya nama-nama alam, kedua ada isyaratnya A, B, C, D jadi nggak ada alasan sulit berkomunikasi dengan teman-teman,” jelas Putri.

Kini sudah ada sebanyak 4 karyawan yang melayani di setiap kedai Koptul. Namun, meski begitu diakui Putri teman-teman tuli sangat sulit mendapat pelatihan, karena faktor komunikasi. Jadi, harus ekstra telaten, tekun, dan sabar memberikan informasi kepada kawan-kawan sesama Putri.

Tak main-main, untuk kisaran harga makanan dan minuman di 12 menu yang disediakan, Rp 15 ribu hingga Rp 21 ribu, setiap harinya rata-rata Koptul berhasil menjual 150 cup kopi. Jumlah itu, di masing-masing kedai yang dimiliki Koptul.

Harapan dan keinginan

Keberhasilan tiga sekawan dengan Koptul ini, Putri sangat berharap banyak masyarakat khususnya para pemilik perusahaan tidak memandang remeh kaum tunarungu, karena selain dari sisi fisik yang sama seperti orang pada umumnya. Tunarungu ini juga bisa bekerja dan punya kemampuan, asal diberikan pelatihan khusus.

“Jadi sudah tidak ada alasan sulit berkomunikasi lagu, kedua orang, jadi semaki sadar bahwa teman-teman tuli bisa bekerja sesuai kemampuannya,” jelas Putri.

“Di awal teman-teman tuli banyak yang tidak paham dan tidak mengerti, akhirnya kami latih, lama-lama mereka semakin terbuka pikirannya, dan sekarang semakin bagus,” tutupnya.

Artikel ini sudah terbit di Suara.com

(pace)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.